Selasa, 04 Agustus 2020

MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Posted by rio setiawan on Selasa, 04 Agustus 2020


Assalamualaikum, kali ini mimin mau ngasih contoh Makalah tentang Komunikasi antar budaya semoga tulisan ini bisa bermanfaat untuk teman teman yang mau bikin makalah tentang komunikasi anatr budaya &  bisa menjadi bahan tugas teman teman di sekolah maupun dikampus,

oke langsung aja lihat contoh makalah nya dibawah in, dan download File ms office nya di link pada akhir makalah. Terimakasih.



KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA & RUANG LINGKUPNYA


A.       Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah proses penyampaian dan penerimaan informasi atau pesan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) mengartikan komunikasi sebagai ”pengiriman dan pemerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami”.

Secara etimologis (lughawy), komunikasi berakar kata Latin, comunicare, artinya “to make common” – membuat kesamaan pengertian, kesamaan persepsi.Bahasa Inggris komunikasi adalah communication. Namun, sebagai konsep, William R. Rivers dkk. (2003) membedakan antara communication (tunggal, tanpa “s”) dan communications (jamak, dengan “s”).

·         Communication adalah proses berkomunikasi.

·         Communications adalah perangkat teknis yang digunakan dalam proses komunikasi, e.g. genderang, asap, butir batu, telegram, telepon, materi cetak, siaran, dan film.

Penjelasan lain dikemukakan Edward Sapir. Menurutnya, communication adalah proses primer, terdiri dari bahasa, gestur/nonverbal, peniruan perilaku, dan pola perilaku sosial. Sedangkan communications adalah teknik-teknik sekunder, instrumen, dan sistem yang mendukung proses komunikasi, seperti kode morse, telegram, terompet, kertas, pulpen, alat cetak, film, serta pemancar siara radio/TV.

Secara terminologis (ma’nawy), kita menemukan banyak definisi komunikasi, namun intinya sama: penyampaian informasi. Salah satu definisi menyatakan, komunikasi adalah “proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberi tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku baik langsung maupun tidak langsung”.

1.      Komunikasi adalah proses penyampaian pesan (ide, gagasan) dari satu pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. (Wikipedia).

2.      “The imparting, conveying, or exchange of ideas, knowledge, information, etc. “ (Pemberian, penyampaian, atau pertukaran ide, pengetahuan, informasi, dsb.) (The Oxford English Dictionary).

3.      “Pengalihan informasi untuk memperoleh tanggapan” (JL. Aranguren)

4.      “Koordinasi makna antara seseorang dengan khalayak” (Melvin L DeFleur)

5.      “Saling berbagi informasi, gagasan, atau sikap” (Wilbur Schramm).

6.      “Who says what in which channel to whom and with what effects”, siapa mengatakan apa melalui saluran mana kepada siapa dan dengan pengaruh apa. (Harold Lasswell).

Definisi Lasswell dianggap paling lengkap karena sekaligus menggambarkan proses dan elemen komunikasi:

1.      Komunikator (who)

2.      Pesan (what)

3.      Media atau sarana (channel)

4.      Komunikan (whom)

5.      Pengaruh atau akibat (effect).

B.     Unsur-Unsur Komunikasi

1.      Sumber

2.      Komunikator

3.      Pesan

4.      Channel/Saluran

5.      Komunikasi

6.      Efek

7.      Faktor- faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi

1.      Sumber

Sumber adalah dasar yang digunakan dalam penyampaian pesan dan digunakan dalam rangka memperkuat pesan itu sendiri. Sumber dapat berupa orang, lembaga, buku, dokumen dan sejenisnya.

2.      Komunikator

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:

 

a.       Penampilan

Khusus dalam komunikasi tatap muka atau yang menggunakan media pandang dengan audio visual, seorang komunikator harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan komunikan. Penampilan ini sesuai dengan tata krama dengan memperhatikan keadaan, waktu dan tempat.

b.       Penguasaan masalah

Seseorang yang tampil atau ditampilkan sebagai komunikator haruslah betul-betul menguasai masalahnya. Apabila tidak, maka setelah proses komunikasi berlangsung akan menimbulkan ketidakpercayaan terhadap komunikator dan akhirnya terhadap pesan itu sendiri yang akan menghambat terhadap efektivitas komunikasi.

c.       Penguasaan bahasa

Komunikator harus menguasai bahasa dengan baik. Bahasa ini adalah bahasa yang digunakan dan dapat dipahami oleh komunikan. Penguasaan bahasa akan sangat membantu menjelaskan pesan- pesan apa yang ingin kita sampaikan kepada audience.

3.      Pesan

Pesan adalah keseluruhan dari apa yang disampaikan oleh komunikator. Pesan ini mempunyai inti pesan yang sebenarnya menjadi pengarah di dalam usaha mencoba mengubah sikap dan tingkah laku komunikan. Pesan dapat secara panjang lebar mengupas berbagai segi, namun inti pesan dari komunikasi akan selalu mengarah kepada tujuan akhir komunikasi itu.

4.      Channel/ Saluran

Channel adalah saluran penyampaian pesan, biasa juga disebut dengan media. Media komunikasi dapat dikategorikan dalam dua bagian, yaitu media umum dan media massa. Media umum adalah media yang dapat digunakan oleh segala bentuk komunikasi, contohnya radio dan sebagainya. Media massa adalah media yang digunakan untuk komunikasi massa, misalnya televisi.

 

 

5.      Komunikasi

Komunikasi dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu

a.             Personal

b.            kelompok, dan

c.             massa

Dari segi sasarannya, komunikasi ditujukan atau diarahkan kedalam komunikasi personal, komunikasi kelompok dan komunikasi massa.

6.      Efek

Efek adalah hasil akhir dari suatu komunikasi, yaitu sikap dan tingkah laku orang, sesuai atau tidak sesuai dengan yang kita inginkan. Apabila sikap dan tingkah laku orang lain itu sesuai, maka komunikasi berhasil.

7.      Faktor- faktor yang diperhatikan dalam proses komunikasi

Empat tahap proses komunikasi menurut Cutlip dan Center, yaitu:

a.       pengumpulan fakta

b.      Perencanaan

c.       Komunikasi

d.      Evaluasi

Prosedur mencapai effect yang dikehendaki menurutWilbur Schraam, yaitu:

a.       Attention (perhatian)

b.      Interest (Kepentingan)

c.       Desire (Keinginan)

d.      Decision (Keputusan)

e.       Action (Tindakan)

C.    Model Komunikasi

adalah sebagai berikut :

a.       Penginterpretasian.

b.      Penyandian.

c.       Pengiriman.

d.      Perjalanan.

e.      Penerimaan.

f.        Penyandian balik.

g.       Penginterpretasian.

a.      Penginterprestasian

Hal yang diinterpretasikan adalah motif komunikasi, terjadi dalam diri komunikator. Artinya, proses komunikasi tahap pertama bermula sejak motif komunikasi muncul hingga akal budi komunikator berhasil menginterpretasikan apa yang ia pikir dan rasakan ke dalam pesan (masih abstrak). Proses penerjemahan motif komunikasi ke dalam pesan disebut interpreting.

b.      Penyandian

Tahap ini masih ada dalam komunikator dari pesan yang bersifat abstrak berhasil diwujudkan oleh akal budi manusia ke dalam lambang komunikasi. Tahap ini disebut encoding, akal budi manusia berfungsi sebagai encorder, alat penyandi: merubah pesan abstrak menjadi konkret.

c.       Pengiriman

Proses ini terjadi ketika komunikator melakukan tindakan komunikasi, mengirim lambang komunikasi dengan peralatan jasmaniah yang disebut transmitter, alat pengirim pesan.

d.      Perjalanan

Tahapan ini terjadi antara komunikator dan komunikan, sejak pesan dikirim hingga pesan diterima oleh komunikan.

e.       Penerimaan

Tahapan ini ditandai dengan diterimanya lambang komunikasi melalui peralatan jasmaniah komunikan.

f.       Penyandian Balik

Tahap ini terjadi pada diri komunikan sejak lambang komunikasi diterima melalui peralatan yang berfungsi sebagai receiver hingga akal budinya berhasil menguraikannya (decoding).

g.      Penginterpretasian

Tahap ini terjadi pada komunikan, sejak lambang komunikasi berhasil diurai kan dalam bentuk pesan.

Proses komunikasi dapat dilihat pada skema di bawah ini:

Description: http://www.lusa.web.id/wp-content/uploads/2009/05/proses-komunikasi.jpg
Proses komunikasi dapat dilihat dari beberapa perspektif

1.      Perspektif Psikologis

Perspektif ini merupakan tahapan komunikator pada proses encoding, kemudian hasil encoding ditransmisikan kepada komunikan sehingga terjadi komunikasi interpersonal.

2.      Perspektif Mekanis

Perspektif ini merupakan tahapan disaat komunikator mentransfer pesan dengan bahasa verbal/non verbal.

Komunikasi ini dibedakan :

a.      Proses Komunikasi Primer

Proses komunikasi primer adalah penyampaian pikiran oleh komunikator kepada komunikan menggunakan lambang sebagai media.

b.      Proses Komunikasi Sekunder

Merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan alat setelah memakai lambang sebagai media pertama.

c.       Proses Komunikasi Linier

Penyampaian pesan dari komunikator kepada komunikan sebagai titik terminal.

 

 

 

d.      Proses Komunikasi Sirkular

terjadinya feedback atau umpan balik dari komunikan ke komunikator.

Kesimpulan adanya proses komunikasi:

  1. Komunikasi bersifat dinamis.
  2. Tahapan proses komunikasi bermanfaat untuk analisis.
  3. Proses komunikasi dapat terhenti setiap saat.
  4. Pesan komunikasi tidak harus diterima.
  5. Tindak komunikasi merupakan indikasi komunikasi.

Komunikasi adalah suatu proses, Komunikasi merupakan serangkaian tindakan atau peristiwa yang terjadi secara berurutan Komunikasi adalah upaya yang disengaja dan punya tujuan  (dilakukan dalam keadaan sadar) Komunikasi menuntut adanya partisipasi dan kerjasama dari para pelaku yang terlibat. Aktifitas komunikasi akan berlangsung dengan baik, apabila pihak-pihak yang terlibat berkomunikasi. Komunikasi bersifat simbolis, Komunikasi pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan lambang-lambang. Komunikasi bersifat transaksional, Komunikasi pada dasarnya menuntut dua tindakan; memberi dan menerima. Komunikasi menembus faktor ruang dan waktu Komunikasi menembus faktor waktu dan ruang maksudnya bahwa para peserta atau pelaku yang terlibat dalam komunikasi tidak harus hadir pada waktu serta tempat yang sama.

Saluran komunikasi adalah alat melalui mana sumber komunikasi menyampaikan pesan-pesan (messages) kepada penerima (receiver). Saluran ini dianggap sebagai penerus/penyampai pesan yang berasal dari sumber informasi kepada tujuan informasi.komunikasi dari mulut ke mulut yang terjadi dalam interaksi tatap muka antara beberapa pribadi disebut sebagai komunikasi antarpribadi. Dalam komunikasi antarpribadi, yang menjadi saluran maupun sumber komunikasi adalah pemrakarsa komunikasi. Saluran mass media adalah semua alat penyampai pesan-pesan yang melibatkan mekanisme untuk mencapai audience yang luas dan tak terbatas. Surat kabar, radio, film, dan televise merupakan alat yang memungkinkan sumber informasi menjangkau audience dalam jumlah yang besar dan tersebar luas. Karakteristik yang membedakan proses komunikasi antarpribadi dengan proses komunikasi massa dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Pilihan terhadap penggunaan saluran komunikasi banyak bergantung pada maksud dan tujuan komunikasi. Hasil penelitian membuktikan bahwa mass media akan berperan secara efektif dalam merubah pendapat (misalnya, menambah pengetahuan), sedangkan komunikasi antar pribadi umunya lebih efektif dalam merubah sikap. Pesan-pesan melalui mass media memang kurang kuat dalam merubah sikap, kecuali kalau pesan-pesan tersebut justru memperkuat nilai-nilai dan kepercayaan (belief) audience, sedangkan pesan-pesan yang bertentangan akan disaring audience melalui tingkat selectivitas mereka. Mekanisme selectivitas senantiasa terjadi baik pada komunikasi antar pribadi maupun pada komunikasi massa, hanya pada komunikasi massa tampaknya mekanisme ini lebih berperan. Saluran komuikasi yang tepat akan dipilih berdasarkan tujuan dari sumber komunikasi serta pesan yang akan disampaikan pada audience. Seringkali melalui pemanfaatan pel-bagai jenis mass media dan penggabungannya dengan aluran komunikasi antara audience dalam jumlah besar dan mengharapkan suatu perubahan yang meluas.

Komunikasi tatap muka adalah suatu bentuk komunikasi yang mempertemukan secara tatap muka pihak komunikator dan komunikan. Pesan disampaikan secara langsung dari komunikator, dan secara langsung dapat langsung menerima umpan balik/feedback dari komunikan. Keuntungan menggunakan komunikasi interpersonal tatap muka adalah kita dapat melihat respon balik atau umpan balik komunikan saat melakukan proses interaksi. Jika umpan balik yang diberikan bersifat positif, maka kita pesan kita dapat diterima dengan baik oleh komunikasn. Sebaliknya bila respon bersifat negative, maka kita sebagai komunikator harus memperbaiki cara penyampaian pesan yang dimaksud. Kelemahan dari komunikasi tatap muka adalah ketidak efektifan waktu. Komunikator dan komunikan harus bertemu dalam melakukan proses komunikasi dan menghabiskan waktu bersama di sebuah tempat. Memang, sebenarnya komunikasi tatap muka dapat menjadi lebih efektif bila melakukan hal melobby yang biasa dilakukan oleh para pimpinan perusahaan dengan pimpinan perusahaan lainnya.

Komunikasi Interaktif adalah Komunikasi mengalami banyak perkembangan sejak zaman manusia purba. Perkembangan tersebut akhirnya sampai kepada masa era komunikasi modern seperti yang marak digunakan masyakarat, yakni komunikasi interaktif. Definisi komunikasi interaktif itu sendiri adalah penyampaian pesan dari sumber pesan tersebut kepada penerima pesan melalui media tertentu, serta penerima pesan mampu memberikan feed back secara langsung. Dengan feed back yang diberikan secara langsung, maka akan terjadi interaksi antara pemberi dan penerima pesan. Hal ini yang dilihat sebagai perkembangan komunikasi yang modern yaitu melakukan komunikasi tanpa tatap muka. Tentu saja komunikasi seperti ini didukung dengan perkembangan pesat media yang dipakai. Era komunikasi modern ini tentu telah mengalami berbagai perubahan. Komunikasi interaktif ini berawal dari penemuan-penemuan media untuk melakukan komunikasi. Dari komunikasi verbal dan nonverbal yang secara langsung diubah melalu media. Penemuan telegram menjadi titik awal interaksi tanpa tatap muka. Semakin lama muncul teknologi komunikasi yang modern seperti televisi, radio dan komputer.

Televisi dan radio pada mulanya tidak dapat melakukan interaksi antara pemberi pesan dan penerima pesan. Komputer pada mulanya pun hanya dipergunakan untuk mempermudah pekerjaan manusia, bukan untuk melakukan interaksi. Teknologi pun semakin berkembang. Komputer pun memiliki fungsi untuk melakukan interaksi. Kemunculan internet menjadi titik awal kemajuan komputer yang mampu menjadi sarana interaksi manusia. Messenger seperti Yahoo Messenger, MSN, Skype dan lain-lain mulai bermunculan. Tak hanya dari perkembangan komputer, televisi dan radio pun mulai memiliki teknologi tersendiri untuk memfasilitasi interaksi manusia. SMS Interaktif contohnya. Dalam sebuah acara dialog interaktif, audiens dapat langsung memberikan respons terhadap topik yang sedang dibicarakan. Tidak hanya audiens, narasumber pun dapat berdialog dengan narasumber yang lain meskipun tidak saling tatap muka. Masih banyak contoh lain yang membuktikan bagaimana perkembangan komunikasi interaktif kian inovatif.

Konsep yang mendasari komunikasi interaktif sebenarnya adalah pengembangan dari konsep komunikasi massa. Komunikasi massa adalah proses dimana pemberi pesan menggunakkan media untuk menyampaikan pesan. Hal ini tentu sama dengan konsep dasar komunikasi interaktif. Namun terdapat perbedaan diantara keduanya. Komunikasi massa memiliki konsep dimana sumber pesan adalah lembaga seperti televisi dan radio, namun sumber pesan dalam komunikasi interaktif tidak selalu lembaga. Jika konteks komunikasi interaktif itu adalah komunikasi antar pribadi, sudah pasti sumber pesan adalah individu. Perbadaan yang paling terlihat adalah ada tidaknya umpan balik. Komunikasi massa pada mulanya tidak dapat melakukan interaksi. Televisi dan radio pada jaman dahulu hanya memberikan komunikasi satu arah. Seiring berjalannya perkembangan teknologi, komunikasi massa mulai memfasilitasi audiens untuk memberikan feed back meskipun masih terbatas. Sedangkan komunikasi interaktif tentu saja dapat melakukan interaksi jauh lebih leluasa melalui media. Sehingga bisa dilihat bagaimana konsep komunikasi interaktif adalah pengembangan dari komunikasi massa.

Komunikasi modern ini tentu saja memiliki peran dalam masyarakat. Komunikasi interaktif yang memiliki banyak kemudahan tentu saja memberikan banyak manfaat pula. Masyarakat tidak perlu menempuh jarak yang jauh hanya untuk melakukan interaksi. Teknlogi yang semakin berkembang pun semakin mempermudah pekerjaan manusia. Contohnya saja jika kita sebagai mahasiswa ingin mengerjakan tugas tanpa bertatap muka, kita dapat memakai teknologi messenger. Komunikasi interaktif pun memiliki peran sebagai sarana masyarakat untuk menanggapi apa yang sedang diberitakan dalam media massa. Televisi dan radio memberikan sarana seperti pesan singkat, telepon atau bahkan melalui jejaring sosial untuk audiens yang ingin memberikan respons. Mungkin dalam media cetak belum dapat melakukan umpan balik secara langsung, namun media cetak pun memfasilitasinya melalui kolom surat pembaca. Sebenarnya peran komunikasi interaktif benar-benar sangat menguntungkan masyarakat, namun sering kali komunikasi interaktif membawa efek negatif. Contoh, jika dalam pekerjaan. Segala sesuatu hal disampaikan lewat e-mail. Sehingga jarang terjadi pertemuan tatap muka yang mengakibatkan kurangnya komunikasi antar pribadi secara lebih dalam. Dengan begitu peluang untuk terjadinya salah persepsi dalam komunikasi rentan terjadi.  Terkadang makna yang ingin disampaikan dengan makna yang ditangkap terdapat perbedaan. Komunikasi secara langsung tentu lebih mempermudah menyamakan makna. Meskipun terdapat kelemahan, komunikasi interaktif tetap diminati dan semakin berkembang. Faktor lebih efisien dan efektif menjadi penyebabnya. Di Indonesia sendiri komunikasi interaktif memang sudah berkembang.

Masyarakat sudah banyak menggunakkan teknologi yang mampu mengaplikasikan komunikasi interaktif. Membuat janji dengan seseorang melalui e-mail bukanlah hal yang jarang dilakukan. Dalam perusaahan, atasan sering kali memberikan pengumuman kepada bawahan lewat e-mail. Messenger pun dipakai oleh berbagai kalangan. Dari orang tua sampai anak muda sering menggunakkannya untuk berkomunikasi dengan orang yang jauh. Televisi pun sering menggunakkan teknologi seperti jejaring sosial untuk menjaring pendapat audiens. Dalam dialog interaktif pun sering menggunakkan media agar terbentuk sebuah komunikasi dua arah. Narasumber pun tidak perlu  tatap muka dengan moderator. Perkembangannya pun ada di sekitar kita, karena Indonesia sudah menyentuh teknologi-teknologi komunikasi interaktif. Contoh-contoh yang telah dijabarkan tentu saja menggambarkan bagaimana komunikasi interaktif memang muncul sebagai inovasi yang benar-benar membantu manusia dan tentu saja menjadi peran yang cukup berarti dalam masyarakat.

Komunikasi massa adalah suatu proses dimana suatu organisasi yang kompleks dengan bantuan satu atau lebih mesin memproduksi dan mengirimkan pesan kepada khalayak yang besar, heterogen, dan tersebar.

Jalaluddin Rakhmat merangkum:

Komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat.

Proses komunikasi massa ala AG. Eka Wenats Wuryanta adalah proses masyarakat menanggapi perspektif sejarah masyarakat itu sendiri. Dalam arti bahwa komunikasi masuk didalam suatu proses sejarah manusia. Orang membangun peradaban atau budaya dalam perspektif sejarah yaitu masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Oleh karena itu komunikasi penting didalam seluruh proses pembudayaan tadi.

Definisi komunikasi massa yaitu sebagai suatu proses yang secara simultan diperuntukkan untuk penduduk yang besar dan dalam skala yang sangat besar melalui media massa. Komunikasi dengan masyarakat secara luas (komunikasi Massa) Pada tingkatan ini kegiatan komunikasi ditujukan kepada masyarakat luas. Bentuk kegiatan komunikasinya dapat dilakukan melalui dua cara :Komunikasi massa Yaitu komunikasi melalui media massa seperti radio, surat kabar, TV, dsbnya.Langsung atau tanpa melalui media massa Misalnya ceramah, atau pidato di lapangan terbuka.

Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.

D.    Karakteristik Komunikasi Massa menurut para pakar komunikasi:

1.      Komunikator Melembaga (Institutionalized Communicator) atau Komunikator Kolektif (Collective Communicator) karena media massa adalah lembaga sosial, bukan orang per orang.

2.       Pesan bersifat umum, universal, dan ditujukan kepada orang banyak.

3.      Menimbulkan keserempakan (simultaneous) dan keserentakan (instantaneos) penerimaan oleh massa.

4.      Komunikan bersifat anonim dan heterogen, tidak saling kenal dan terdiri dari pribadi-pribadi dengan berbagai karakter, beragam latar belakang sosial, budaya, agama, usia, dan pendidikan.

5.      Berlangsung satu arah (one way traffic communication).

6.      Umpan Balik Tertunda (Delayed Feedback) atau Tidak Langsung (Indirect Feedback); respon audience atau pembaca tidak langsung diketahui seperti pada komunikasi antarpribadi.

7.      Karakteristik Media Massa:

1.      Publisitas, yakni disebarluaskan kepada publik, khalayak, atau orang banyak.

2.      Universalitas, pesannya bersifat umum, tentang segala aspek kehidupan dan semua peristiwa di berbagai tempat, juga menyangkut kepentingan umum karena sasaran dan pendengarnya orang banyak (masyarakat umum).

3.      Periodisitas, tetap atau berkala, misalnya harian atau mingguan, atau siaran sekian jam per hari.

4.      Kontinuitas, berkesinambungan atau terus-menerus sesuai dengan priode mengudara atau jadwal terbit.

5.      Aktualitas, berisi hal-hal baru, seperti informasi atau laporan peristiwa terbaru, tips baru, dan sebagainya. Aktualitas juga berarti kecepatan penyampaian informasi kepada publik.

E.     Pengertian Kebudayaan

Kebudayaan adalah hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan dan meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan kelengkapan jasmaninya serta sumber- sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterpretasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan bagi mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilhat sebagai "mekanisme kontrol" bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 1973a), atau sebagai "pola-pola bagi kelakuan manusia" (Keesing & Keesing, 1971). Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).

Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dipunyai oleh setiap manusia (Geertz, 1973b).

Kebudayaan yang telah menjadi sistem pengetahuannya, secara terus menerus dan setiap saat bila ada rangsangan, digunakan untuk dapat memahami dan menginterpretasi berbagai gejala, peristiwa, dan benda-benda yang ada dalam lingkungannya sehingga kebudayaan yang dipunyainya itu juga dipunyai oleh para warga masyarakat di mana dia hidup. Karena, dalam kehidupan sosialnya dan dalam kehidupan sosial warga masyarakat tersebut, selalu mewujudkan berbagai kelakuan dan hasil kelakuan yang harus saling mereka pahami agar keteraturan sosial dan kelangsungan hidup mereka sebagai makhluk sosial dapat tetap mereka pertahankan.

Pemahaman ini dimungkinkan oleh adanya kesanggupan manusia untuk membaca dan memahami serta menginterpretasi secara tepat berbagai gejala dan peristiwa yang ada dalam lingkungan kehidupan mereka. Kesanggupan ini dimungkinkan oleh adanya kebudayaan yang berisikan model-model kognitif yang mempunyai peranan sebagai kerangka pegangan untuk pemahaman. Dan dengan kebudayaan ini, manusia mempunyai kesanggupan untuk mewujudkan kelakuan tertentu sesuai dengan rangsangan-rangsangan yang ada atau yang sedang dihadapinya.

Sebagai sebuah resep, kebudayaan menghasilkan kelakuan dan benda-benda kebudayaan tertentu, sebagaimana yang diperlukan sesuai dengan motivasi yang dipunyai ataupun rangsangan yang dihadapi. Resep-resep yang ada dalam setiap kebudayaan terdiri atas serangkaian petunjuk-petunjuk untuk mengatur, menyeleksi, dan merangkaikan simbol-simbol yang diperlukan, sehingga simbol-simbol yang telah terseleksi itu secara bersama-sama dan diatur sedemikian rupa diwujudkan dalam bentuk kelakuan atau benda-benda kebudayaan sebageimana diinginkan oleh pelakunya. Di samping itu, dalam setiap kebudayaan juga terdapat resep-resep yang antara lain berisikan pengetahuan untuk mengidentifikasi tujuan-tujuan dan cara-cara untuk mencapai sesuatu dengan sebaik-baiknya, berbagai ukuran untuk menilai berbagai tujuan hidup dan menentukan mana yang terlebih penting, berbagai cara untuk mengidentifikasi adanya bahaya-bahaya yang mengancam dan asalnya, serta bagaimana mengatasinya (Spradley, 1972).

Dalam pengalaman dan proses belajar manusia, sesungguhnya dia memperoleh serangkaian pengetahuan mengenai simbol-simbol. Simbol adalah segala sesuatu (benda, peristiwa, kelakuan atau tindakan manusia, ucapan) yang telah ditempeli sesuatu arti tertentu menurut kebudayaan yang bersangkutan. Simbol adalah komponen utama perwujudan kebudayaan karena setiap hal yang dilihat dan dialami oleh manusia itu sebenarnya diolah menjadi serangkaian simbol-simbol yang dimengerti oleh manusia. Sehingga Geertz (1966) menyatakan bahwa kebudayaan sebenarnya adalah suatu sistem pengetahuan yang mengorganisasi simbol-simbol. Dengan adanya simbol-simbol ini kebudayaan dapat dikembangkan karena sesuatu peristiwa atau benda dapat dipahami oleh sesama warga masyarakat hanya dengan menggunakan satu istilah saja.

Dalam setiap kebudayaan, simbol-simbol yang ada itu cenderung untuk dibuat atau dimengerti oleh para warganya berdasarkan atas konsep-konsep yang mempunyai arti yang tetap dalam suatu jangka waktu tertentu. Dalam menggunakan simbol-simbol, seseorang biasanya selalu melakukannya berdasarkan aturan-aturan untuk membentuk, mengkombinasikan bermacam-macam simbol, dan menginterpretasikan simbol-simbol yang dihadapi atau yang merangsangnya. Kalau serangkaian simbol-simbol itu dilihat sebagai bahasa, maka pengetahuan ini adalah tata bahasanya. Dalam antropologi budaya, pengetahuan ini dinamakan kode kebudayaan

F.     Sub-budaya dan demografi

Budaya yang ada di dalam suatu masyarakat bisa dibagi lagi ke dalam beberapa bagian yang lebih kecil. Inilah yang disebut dengan subbudaya. Sub-budaya bias tumbuh dari adanya kelompok-kelompok di dalam suatu masyarakat. Pengelompokan masyarakat biasanya berdasarkan usia, jenis kelamin, lokasi tinggal, pekerjaan dan sebagainya. Suatu budaya akan terdiri dari beberapa kelompok kecil lainnya, yang dicirikan oleh adanya perbedaan perilaku antarkelompok kecil tersebut Perbedaan kelompok tersebut berdasarkan karakteristik social, ekonomi dan demografi. Demografi akan menggambarkan karakteristik suatu penduduk. Di dalam varibel demografi tersebut, kita bias mendapatkan sub-budaya yang berbeda, yaitu suku sunda, batak, padang, dsb.

G.    Sub-budaya Kelas Sosial

Cabang budaya suatu masyarakat bisa ditunjukkan oleh kelas social yang ada dalam masyarakat. Kelas social menunjukkan adanya kelompok-kelompok yang secara umum mempunyai perbedaan dalam hal pendapatan, gaya hidup dan kecenderungan konsumsi.

Kelas Sosial dapat ditentukan dari :

a.       Keluarga

b.      Pekerjaan, pekerjaan sangat mempengaruhi gaya hidup dan merupakan basis penting untuk menyampaikan prestise, kehormatan dan respek.

c.       Pemilikan, adalah symbol keanggotaan kelas, tidak hanya jumlah pemilikan, tetapi sifat pilihan yang dibuat. Keputusan pemilikan yang mencerminkan kelas social suatu keluarga adalah pilihan dimana untuk tinggal. Pemilikan lainnya yang berfungsi sebagai indicator status social mencakup keanggotaan dalam club, gaya perabot, jenis liburan, busana.

d.      Orintasi Nilai. Nilai- kepercayaan bersama mengenai bagaimana orang harus berperilaku- menunjukkan kelas social dimana seseorang termasuk di dalamnya.

Setiap kelas social akan berbeda dalam hal :

a.       Perilaku pengeluaran (spending behaviour)

  1. Penggunaan produk (produk usage) : Jenis makanan, jenis pakaian,
  2. Pemilihan Merk ( Brand choice) : memiliki preferensi pada merek tertentu atau tidak
  3. Perilaku Berbelanja (shopping behaviour): tempat berbelanja, cara berbelanja
  4. Ekspos Media (Media ekspose): media yang dikonsumsi (jenis dan banyaknya

H.    Wujud Kebudayaan menurut Dimensi :

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga: gagasan, aktivitas, dan artefak.

a.       Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut.

b.      Aktivitas (tindakan)

Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c.       Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.

I.       Unsur-Unsur Kebudayaan

Mempelajari unsur-unsur yang terdapat dalam sebuah kebudayaan sangat penting untuk memahami kebudayaan manusia. Kluckhon dalam bukunya yang berjudul Universal Categories of Culture membagi kebudayaan yang ditemukan pada semua bangsa di dunia dari sistem kebudayaan yang sederhana seperti masyarakat pedesaan hingga sistem kebudayaan yang kompleks seperti masyarakat perkotaan. Kluckhon membagi sistem kebudayaan menjadi tujuh unsur kebudayaan universal atau disebut dengan kultural universal. Menurut Koentjaraningrat, istilah universal menunjukkan bahwa unsur-unsur kebudayaan bersifat universal dan dapat ditemukan di dalam kebudayaan semua bangsa yang tersebar di berbagai penjuru dunia.

Ketujuh unsur kebudayaan tersebut adalah :

1.      Sistem Bahasa

Bahasa merupakan sarana bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan sosialnya untuk berinteraksi atau berhubungan dengan sesamanya. Dalam ilmu antropologi, studi mengenai bahasa disebut dengan istilah antropologi linguistik. Menurut Keesing, kemampuan manusia dalam membangun tradisi budaya, menciptakan pemahaman tentang fenomena sosial yang diungkapkan secara simbolik, dan mewariskannya kepada generasi penerusnya sangat bergantung pada bahasa. Dengan demikian, bahasa menduduki porsi yang penting dalam analisa kebudayaan manusia.

Menurut Koentjaraningrat, unsur bahasa atau sistem perlambangan manusia secara lisan maupun tertulis untuk berkomunikasi adalah deskripsi tentang ciri-ciri terpenting dari bahasa yang diucapkan oleh suku bangsa yang bersangkutan beserta variasivariasi dari bahasa itu. Ciri-ciri menonjol dari bahasa suku bangsa tersebut dapat diuraikan dengan cara membandingkannya dalam klasifikasi bahasa-bahasa sedunia pada rumpun, subrumpun, keluarga dan subkeluarga. Menurut Koentjaraningrat menentukan batas daerah penyebaran suatu bahasa tidak mudah karena daerah perbatasan tempat tinggal individu merupakan tempat yang sangat intensif dalam berinteraksi sehingga proses saling memengaruhi perkembangan bahasa sering terjadi.

2.      Sistem Pengetahuan

Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehidupannya.

Masyarakat pedesaan yang hidup dari bertani akan memiliki sistem kalender pertanian tradisional yang disebut system pranatamangsa yang sejak dahulu telah digunakan oleh nenek moyang untuk menjalankan aktivitas pertaniannya. Menurut Marsono, pranatamangsa dalam masyarakat Jawa sudah digunakan sejak lebih dari 2000 tahun yang lalu. Sistem pranatamangsa digunakan untuk menentukan kaitan antara tingkat curah hujan dengan kemarau. Melalui sistem ini para petani akan mengetahui kapan saat mulai mengolah tanah, saat menanam, dan saat memanen hasil pertaniannya karena semua aktivitas pertaniannya didasarkan pada siklus peristiwa alam. Sedangkan Masyarakat daerah pesisir pantai yang bekerja sebagai nelayan menggantungkan hidupnya dari laut sehingga mereka harus mengetahui kondisi laut untuk menentukan saat yang baik untuk menangkap ikan di laut. Pengetahuan tentang kondisi laut tersebut diperoleh melalui tanda-tanda atau letak gugusan bintang di langit

Banyak suku bangsa yang tidak dapat bertahan hidup apabila mereka tidak mengetahui dengan teliti pada musim-musim apa berbagai jenis ikan pindah ke hulu sungai. Selain itu, manusia tidak dapat membuat alat-alat apabila tidak mengetahui dengan teliti ciriciri bahan mentah yang mereka pakai untuk membuat alat-alat tersebut. Tiap kebudayaan selalu mempunyai suatu himpunan pengetahuan tentang alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, benda, dan manusia yang ada di sekitarnya. Menurut Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai, antara lain:

a.       alam sekitarnya;

b.      tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat tinggalnya;

c.       binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;

d.      zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;

e.       tubuh manusia;

f.       sifat-sifat dan tingkah laku manusia;

g.      ruang dan waktu.

3.      Sistem Kekerabatan dan Organisasi Sosial

Unsur budaya berupa sistem kekerabatan dan organisasi social merupakan usaha antropologi untuk memahami bagaimana manusia membentuk masyarakat melalui berbagai kelompok sosial. Menurut Koentjaraningrat tiap kelompok masyarakat kehidupannya diatur oleh adat istiadat dan aturan-aturan mengenai berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan di mana dia hidup dan bergaul dari hari ke hari. Kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke dalam tingkatantingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi social dalam kehidupannya.

Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan suatu komunitas atau organisasi sosial.

4.      Sistem Peralatan Hidup dan Teknologi

Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan hidupnya sehingga mereka akan selalu membuat peralatan atau benda-benda tersebut. Perhatian awal para antropolog dalam memahami kebudayaan manusia berdasarkan unsur teknologi yang dipakai suatu masyarakat berupa benda-benda yang dijadikan sebagai peralatan hidup dengan bentuk dan teknologi yang masih sederhana. Dengan demikian, bahasan tentang unsur kebudayaan yang termasuk dalam peralatan hidup dan teknologi merupakan bahasan kebudayaan fisik

5.      Sistem Ekonomi/Mata Pencaharian Hidup

Mata pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi pada masyarakat tradisional, antara lain

a.      berburu dan meramu

b.       beternak;

c.       bercocok tanam di ladang;

d.      menangkap ikan;

e.       bercocok tanam menetap dengan sistem irigasi.

Pada saat ini hanya sedikit sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada sektor pertanian. Artinya, pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif belum terpengaruh oleh arus modernisasi.

Pada saat ini pekerjaan sebagai karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya. Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya dalam mencari pekerjaan.

6.      Sistem Religi

Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural tersebut.

Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika kebudayaan mereka masih primitif.

7.       Kesenian

Perhatian ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat unsur seni, seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknikteknik dan proses pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu masyarakat.

Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi. Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film, lagu, dan koreografi.

Karakteristik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu berasal dari kata character. Arti character sendiri adalah watak, sifat, dan peran. Karakter bisa diartikan sebagai suatu sifat ataupun cirri-ciri yang khusus (yang membedakannya dengan yang lain). Characteristic adalah sifat yang khas, yaitu sebuah keistimewaan atau ciri kahas yang membantu dalam mengenal seseuatu, memisahkannya dengan yang lain, atau mendeskripsikan secara jelas dan nyata; sebuah tanda yang berbeda

Pengertian kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan bisa dikatakan sebagai suatu sistem dalam masyarakat dimana terjadi interaksi antar individu/kelompok dengan idnividu/kelompok lain sehingga menimbulkan suatu pola tertentu, kemudian menjadi sebuah kesepakatan bersama (baik langsung ataupun tidak langsung).

J.      Implikasi Karakteristik Kebudayaan

Karakteristik Kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antarpribadi maupun antarkelompok budaya yang terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang selalu berurusan dengan orang lain. Disini Edward T. Hall menegaskan bahwa hanya manusialah yang memiliki kebudayaan, sedengakan biantang tidak.Karaktersitik dari kebudayaan membentuk perilaku –perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam konsep subkultur. Subkultur adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam satu kebudayaan makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai kebudayaan khsus, apakah itu dari segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa yang digunakan sehari-hari.

 Dalam mempelajari kebudayaan tedapat beberapa pendekatan: materi, behaviorisme, dan ideasional. Pendekatan materi yakni memandang kebudayaan sebagai materi: pada produk yang dihasilkan sehingga bisa diobservasi. Pendekatan behavirosime kebudayaan dipandang sebagai suatu pola tindakan dan perilaku atau sebagai suatu sistem adaptif. Sedangakan pada pendekatan ideasional kebudayaan dipandang sebagai suatu ide, yaitu keseluruhan pengetahuan yang memungkinkan prosuk dan perilaku ditampakkan.

 Dalam memahami kebudayaan kita harus mengacu pada sejumlah karakteristik kebudayaan, antara lain adalah bahwa kebudayaan itu dimiliki bersama, diperoleh melalui belajar, bersifat simbolis, bersifat adaptif dan maladapti, bersifat relatif dan universal.

 Dibawah ini akan dijelaskan beberapa karakteristik kebudayaan yang diambil dari suber atau bahan bacaan lain

a.      Culture is an adaptive mechanism

Kebudayaan adalah suatu mekansime yang dapat menyesuaikan diri. Kebudayaan adalah sebuah keberhasila mekanisme bagi spesis manusia. Kebudayaan memberikan kita sebuah keuntungan selektif yang besar dalam kompetisi bertahan hidup terhadap bentuk kehidupan yang lain.

b.      Culture is learned

Budaya bukanlah suatu hal yang naluriah, dimana kita telah terprogram untuk mengetahui fakta-fakta dari budaya tersebut. Oleh karena itu salah satu dari karakteristik budaya adalah diperoleh melalui belajar. Manusia lahir ke dunia dengan sifat dasar, yaitu ‘lapar’ dan ‘haus’. Akan tetapi mereka belum meiliki suatu bentuk pola naluriah untuk dapat memuaskan sifat dasar itu. Selain itu manusia saat lahir juga tidak dibekali pengetahuan tentang budaya (cultural knowledge). Tetapi mereka secara genetis terpengaruh untuk belajar/mempelajari bahasa dan tanda-tanda kebudayaan lainnya (cultural traits). Seorang bayi akan berada di suatu tempat (disini bisa diakatakan sebuah keluarga), dan mereka tumbuh dan belajar tentang kebudayaan sebagai sesuatu yang mereka miliki.

 

c.       Cultures change.

Kebudayaan bukan sesuatu yang terus-menerus tetap (bertumpuk). Pada waktu yang sama dimana suatu kebudayaan ada, terdapat tanda-tanda kebudayaan baru. Tanda-tanda itu bisa sebagai tambahan (addition) atau pengurangan (subtraction). Tanda-tanda ini menyebabkan perubahan kebudayaan. Hal ini disebabkan kebudayaan berubah dan berkembang secara dinamis setiap saat: kebudayaan tidak statis. Berbagai aspek kebudayaan beserta tanda-tandanya akan terjalin rapat menjadi suatu pola yang sangat kompleks.

d.      People usually are not aware of their culture

Cara kita bergaul dan melakukan segala sesuatu dalam keseharian kita terkesan berjalan dengan alami (natural). Kebanyakan dari kita tidak sadar akan budaya. Hal itu disebabkan oleh manusia yang pada dasarnya sangat dekat dengan kebudayaan itu dan mengetahuinya dengan sangat baik. Manusia merasakan bahwa semuanya seolah-olah terjadi begitu saja (mewarisi secara biologis). Dan biasanya manusia hanya akan sadar bahwa pola kelakuan mereka bukanlah sesuatu yang individual ketika mereka mulai berinteraksi dengan manusia dari kebudayaan lain.

e.       We do not know all of our own country

Tidak ada satupun orang yang mengetahui budaya mereka secara keseluruhan. Dalam masyarakat, terdapat pengetahuan tentang budaya yang terbatas terhadap fakta-fakta kelas sosial, pekerjaan, agama, dan perkumpulan-perkumpulan lain.

f.           Culture gives us a range of permissible behavior patterns

Kebudayaan umumnya memberikan jarak dalam cara bagaimana laki-laki sebagai laki-laki, wanita sebagai wanita. Kebudayaan juga memberitahukan bagaimana perbedaan aktivitas yang seharusnya ada dan tidak, seperti bagaimana seorang suami bertindak sebagai suami, siteri sebagai siteri, dan sebagainya. Aturan ini biasanya bersifat fleksibel di setiap derajat, kadar da tingkatnya. Dia Amerka Utara contohnya, kebudayaan mereka mengajarkan bahwa seorang harus berpakaian sesuai dengan jenis kelamin mereka (gender). Akan tetapi mereka boleh memakai pakaian dengan cara yang berbeda pada saat siutasi yang berbeda.

g.             Cultures no longer exist in isolation

Artinya kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu wilayah terpencil. Apabila suatu kebudayaan baru memasuki wilayah tersebut, secara alamiah masyarakat disana akan berkembang dan mulai beradaotasi dengan kebudayaan-kebudayaan baru. Dengan kata lain, suatu budaya sulit bertahan (asli) di suatu tempat karena akan dipengaruhi oleh budaya-buadaya dari daerah lain disekitarnya.

h.             Culture is shared

Suatu kebudayaan dimiliki secara bersama-sama oleh sekelompok orang. Berdasarkan wilayah, kondisi iklim, dan warisan sejarah, mereka tumbuh dan berkembang di dalamnya. Mereka memiliki suatu nilai dan keyakinan, dimana kumpulan-kumpulan prinsip/asas/dasar nilai dan keyakinan ini akan membentuk kebudayaan mereka. Kebudayaan bisa saja menjadi kepunyaan dari komunitas tunggal, tapi tidak akan pernah menjadi kepunyaan dari seseorang yang tunggal (individu).

Pengertian karakteristik kebudayaan adalah keistimewaan atau ciri khas yang membantu dalam pengenalan sebuah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat melalui proses pembelajaran.

Karakteristiknya

a.       Adaptif
Artinya, suatu kebudayaan merupakan mekanisme dalam mempertahankan pola kehidupan.

b.      Dipelajari
Artinya, kebudayaan didapat dari proses pembelajaran untuk berbudaya, karena secara naluriah saja manusia akan hidup tanpa sebuah kebudayaan.

c.       Berubah
Artinya, kebudayaan berkembang dan dinamis setiap saat, tergantung waktu dan tempat berlangsungnya kebudayaan.

d.      Tidak disadari oleh masyarakatnya

Artinya, penganut sebuah kebudayaan tidak sadar bahwa dirinya berada dalam pola kebudayaan tersebut, karena kebudayaan tersebut telah melekat dalam dirinya.

e.       Tidak diketahui secara keseluruhan

Artinya, semua masyarakat tidak ada yang mengetahui secara keseluruhan suatu kebudayaan, hanya saja yang diketahui berupa fakta-fakta sosial.

f.       memberikan dan membatasi pola tingkah laku

Artinya, kebudayaan memberikan jarak dalam interaksi dan membatasi pola tingkah laku masyarakatnya.

g.      Tidak bertahan lama disuatu daerah terpencil

Artinya, kebudayaan tidak akan bertahan lama dalam suatu masyarakat yang terpencil, dengan faktor penyebab kurangnya proses regenerasi di masa yang akan datang.

h.       Dibagikan
Artinya, suatu kebudayaan merupakan kumpulan prinsip dan keyakinan baik, sehingga manusia tersebut akan berusaha melestarikan dengan cara menyebarkan ke manusia lain.

K.    Hakikat Komunikasi Antarbudaya

Jelas, karena Komunikasi antar budaya maka mau tidak mau pasti melibatkan kebudayaan antar kedua belah pihak yang berkomunikasi. Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi. Jadi sudah pasti adanya dua fenomena unik, yaitu Enkulturasi dan Akulturasi.

a.      Enkulturasi

Enkulturasi mengacu pada proses dimana kultur (budaya) ditransmisikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Kita mempelajari kultur, bukan mewarisinya. Kultur ditransmisikan melalui proses belajar, bukan melalui gen. Orang tua, kelompok, teman, sekolah, lembaga keagamaan, dan lembaga pemerintahan merupakan guru-guru utama dibidang kultur. Enkulturasi terjadi melalui mereka. Contoh adalah pembelajaran seni Tari Topeng di sanggar Tari Keraton Kacirebonan.

b.      Akulturasi

Akulturasi mengacu pada proses dimana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak atau pemaparan langsung dengan kultur lain. Misalnya, bila sekelompok imigran kemudian berdiam di Amerika Serikat (kultur tuan rumah), kultur mereka sendiri akan dipengaruhi oleh kultur tuan rumah ini. Berangsur-angsur, nilai-nilai, cara berperilaku, serta kepercayaan dari kultur tuan rumah akan menjadi bagian dari kultur kelompok imigran itu. Pada waktu yang sama, kultur tuan rumah pun ikut berubah.

Menurut Joseph A Devito, dalam bukunya “Communicology an introduction to the study of communication”,Harper & Row, New York, 1976 mengatakan bahwa komunikasi lintas budaya berbeda dengan komunikasi antar budaya.

Jika komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antarpribadi diantara peserta komunikasi yang berbeda kebudayaan, maka studi komunikasi antarbudaya lebih mendekati objek melalui pendekatan kritik budaya.

Aspek utama dari komunikasi antar budaya adalah komunikasi antar pribadi diantara komunikator dan komunikan yang kebudayaannya berbeda. Tidak masalah apakah kejadian itu terjadi dalam satu bangsa atau antar bangsa yang berbeda, yang jelas adalah budayanya yang berbeda.

a.       Pentingnya Faktor Budaya Dalam Komunikasi

Beberapa faktor yang menyebabkan pentingnya budaya dalam komunikasi

1.      Mobilitas

Mobilitas masyarakat di seluruh dunia sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari satu Negara ke Negara yang lain dan dari satu benua ke benua yang lain. Saat ini orang seringkali mengunjungi budaya-budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda serta untuk menggali peluang-peluang ekonomis. Hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.

 

2.      Saling Kebergantungan Ekonomi

Masa kini, kebanyakan Negara secara ekonomis bergantung pada Negara lain. Jika kehidupan ekonomi bangsa bergantung pada bangsa lain oleh karena itu bergantung pada kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda.

3.      Teknologi Komunikasi

Meningkat pesatnya teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang adakalanya asing masuk dalam rumah kita. Misalnya dengan adanya film-film impor yang biasanya kita lihat kita mampu mengenal adat dan kebiasaan serta riwayat bangsa-bangsa lain. Dengan melalui telepon kita bisa berhubungan langsung sampai kepelosok dunia. Teknologi telah membuat komunikasi antarbudaya mudah, praktis, dan tak terhindarkan.

4.      Pola Imigrasi

Di hamper setiap kota besar di dunia kita dapat menjumpai orang-orang dari bangsa lain. Kita bergaul, bekerja, atau bersekolah dengan orang-orang yang sangat berbeda dari kita. Pengalaman sehari-hari kita telah menjadi semakin antarbudaya.

5.      Kesehjateraan Politik

Kesehjateraan politik saat ini sangat tergantung pada kesehjateraan politik kultur dengan Negara lain. Misaknya kekacauan politik dibelahan dunia lain afrika selatan, polandia dan timur tengah. Komunikasi dan saling pengertian antarbudaya saat ini terasa lebih penting ketimbang sebelumnya.

L.     Faktor-faktor Pentingnya Komunikasi Antar Budaya

a.       Mobilitas

Menurut De Vito (1997: 475), mobilitas masyarakat di seluruh dunia dewasa ini sedang mencapai puncaknya. Perjalanan dari suatu negara ke negara lainnya banyak dilakukan. Pada saat ini, orang dari berbagai belahan bumi seringkali mengunjungi budaya lain untuk mengenal daerah baru dan orang-orang yang berbeda, disamping juga untuk menggali peluang-peluang ekonomis. yang penting lagi, adalah hubungan antarpribadi kita semakin menjadi hubungan antarbudaya.

b.      Saling Ketergantungan Ekonomi

Kebanyakan negara secara ekonomis tergantung kepada negara laiinya. Beberapa waktu yang lalu kehidupan perekonomian Amerika terkait dengan negara-negara di Eropa yang mempunyai kemiripan kultur dengan Amerika. Tetapi sekarang, banyak kegiatan perdaganagan seperti perdagangan teknologi yang behubungan dengan negara di Asia Timur yang mempunyai kultur yang berbeda dengan negara Amerika.

Kehiduoan ekonomi bangsa Amerika tergantung pada kemampuan bangsa ini untuk berkomunikasi secara efektif dengan kultur-kultur yang berbeda itu. Hal yang sama berlaku pula pada bangsa-bangsa lain di dunia, termasuk Indonesia.

c.       Teknologi Komunikasi.

Semakiin pesatnya kemajuan dan perkembangan teknologi komunikasi telah membawa kultur luar yang ada kalanya asing masuk ke rumah kita.

Kita juga setiap hari membaca di media-media beriata tentang ketegangan rasial, pertentangan agama, diskriminasi seks, dan secara umum masalah-masalah yang disebabkan oleh kegagalan komunikasi antarbudaya.

M.   Fungsi-Fungsi Komunikasi Antarbudaya

a.       Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komuniasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial perlikau itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul
suku bangsa, agama,maupun tingkat pendidikan seseorang. Menyatakan Integrasi Sosial Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antar pribadi, antar kelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.

Menambah Pengetahuan Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing. Melepaskan Diri atau Jalan Keluar Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau  mencari jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.

Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak
dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang
saling bercermin pada perilaku lainnya. Perilaku satu orang tercermin pada
perilaku yang lainnya.

b.      Fungsi Sosial Pengawasan

Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi.

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di depan Honolulu Zaw, Honolulu hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

N.    Komunikasi sebagai Proses Budaya

Komunikasi adalah salah satu wujud kebudayaan. Sebab, komunikasi hanya bisa terwujud setelah sebelumnya ada suatu gagasan yang akan dikeluarkan oleh pikiran individu. Jika komunikasi itu dilakukan dalam suatu komunitas, maka menjadi sebuah kelompok aktivitas (kompleks aktivitas dalam lingkup komunitas tertentu). Dan pada akhirnya, komunikasi yang dilakukan tersebut tak jarang membuahkan suatu bentuk fisik misalnya hasil karya seperti sebuah bangunan.

Bukankah bangunan didirikan karena ada konsep, gagasan, kemudian didiskusikan (dengan keluarga, pekerja atau arsitek) dan berdirilah sebuah rumah. Maka komunikasi, nyata menjadi sebuah wujud dari kebudayaan. Dengan kata lain, komunikasi bisa disebut sebagai proses budaya yang ada dalam masyarakat.

Jika ditinjau secara lebih kongkrit, hubungan antara komunikasi dengan isi kebudayaan akan semakin jelas :

Dalam mempraktekkan komunikasi manusia membutuhkan peralatan-peralatan tertentu. Secara minimal komunikasi membutuhkan sarana berbicara seperti mulut, bibir dan hal-hal yang berkaitan dengan bunyi ujaran.Ada kalanya dibutuhkan tangan dan anggota tubuh lain (komunikasi non verbal) untuk mendukung komunikasi lisan.

Ditinjau secara lebih luas dengan penyebaran komunikasi yang lebih luas pula, maka digunakanlah peralatan komunikasimassaseperti televisi,suratkabar, radio dan lain-lain.

Komunikasi menghasilkan mata pencaharian hidup manusia. Komunikasi yang dilakukan lewat televisi misalnya membutuhkan orang yang digaji untuk “mengurusi” televisi.Sistem kemasyarakatan menjadi bagian tak terpisahkan dari komunikasi, misalnya sistem hukum komunikasi. Sebab, komunikasi akan efektif manakala diatur dalam sebuah regulasi agar tidak melanggar norma-norma masyarakat. Dalam bidang pers, dibutuhkan jaminan kepastian hukum agar terwujud kebebasan pers. Namun, kebebasan pers juga tak serta merta dikembangkan di luar norma masyarkat. Di sinilah perlunya sistem hukum komunikasi.

Komunikasi akan menemukan bentuknya secara lebih baik manakala menggunakan bahasa sebagai alat penyampai pesan kepada orang lain. Wujud banyaknya bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi menunjukkan bahwa bahasa sebagai isi atau wujud dari komunikasi. Bagaimana penggunaan bahasa yang efektif, memakai bahasa apa, siapa yang menjadi sasaran adalah manifestasi dari komunikasi sebagai proses budaya. Termasuk di sini juga ada manifestasi komunikasi sebagai proses kesenian misalnya, di televisi ada seni gerak (drama, sinetron, film) atau seni suara (menyanyi, dialog).

Sistem pengetahuan atau ilmu pengetahuan merupakan substansi yang tak lepas dari komunikasi. Bagaimana mungkin suatu komunikasi akan berlangsung menarik dan dialogis tanpa ada dukungan ilmu pengetahuan? Ilmu pengetahuan ini juga termasuk ilmu tentang berbicara dan menyampaikan pendapat. Bukti bahwa masing-masing pribadi berbeda dalam penyampaian,gaya, pengetahuan yang dimiliki menunjukkan realitas tersebut.

Komunikasi sebagai proses budaya tak bisa dipungkiri menjadi obyektivasi antara budaya dengan komunikasi. Proses ini meliputi peran dan pengaruh komunikasi dalam proses budaya. Komunikasi adalah proses budaya karena di dalamnya ada proses seperti layaknya sebuah proses kebudayaan, punya wujud dan isi serta kompleks keseluruhan.

Sesuatu dikatakan komunikasi jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya. Kebudayaan juga hanya bisa disebut kebudayaan jika ada unsur-unsur yang terlibat di dalamnya yang membentuk sebuah system.

Proses komunikasi antar budaya melibatkan berbgai unsur, di antaranya bahsa dan relatifitas pengalaman. Relatifitas persepsi, perilaku non verbal, gaya komunikasi, serta nilai dan asumsi.

1). Bahasa dan relatifitas pengalaman. Bahasa merupakan suatu perangkat kata yang diikat oleh berbagai peraturan. Mempelajari bahasa asing merupakan proses sederhana dengan menyubtitusikan kata-kata dan peraturan tata bahasanya, sehingga memiliki arti yang sama. Bahasa merupakan alat komunikasi dan juga sebagai perwakilan atas persepsi dan pemikiran. Bahasa juga membantu kita untuk membentuk konsep  dan pengelompokkan benda melalui kategori  verbal dan prototip serta membimbing kita dalam merasakan dan memaknai pengalaman sosial kita.

2). Relatifitas persepsi. Pada tingkat dasar persepsi, bahasa dan budaya membimbing kita dalam membentuk gambaran tertentu.

3). Perilaku nonverbal. Bahasa verbal merupakan istilah digital, dengan kata lain “kata” sebgai simbolisasi atas fenomena tertentu. Perilaku nonverbal merupakan istilah analogi, yang mewakili fenomena tertentu dengan menciptakan keadaan atau suasana yang diekspresikan secara langsung. Misalnya, secara digital kita ucapkan “Aku Mencintai mu”. Sementara, secara analogi  perasaan tersebut terwakili dengan tatapan dan sentuhan.

4). Gaya komunikasi. Pola kebiasaan dalam berpikir dimanifestasikan dengan perilaku komunikasi. Karena kebiasaan berpikir kita sebagain besar ditentukan oleh kebudayaan, sehingga saat proses pertukaran kebudayaan seharusnya kita memerhatikan perbedaan dalam gaya komunikasi.

5). Berbagai nilai dan asumsi. Nilai kebudayaan merupakan suatu pola atau norma kebaikan dan keburukan yang dihasilkan oleh masyarakat yang kemudian digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Asusmsi kebudayaan berhubungan dengan nilai kebudayaan, namun ia lebih lekat dengan fenomena-fenomena sosial.

Dalam berbagai hal, bagian pokok dalam komunikasi antar budaya adalah bagaimana kita dapat beradaptasi terhadap kebudayaan orang lain. Adaptasi sendiri adalah suatu proses di mana perspektif sesorang dikembangkan melalui tindakan dan nilai yang baik terhadap berbagai kebudayaan.

O.    Pendekatan Komunikasi Lintas Budaya

Pendekatan Perangai terjadi Tatkala berkomunikasi dengan seseorang dari kebudayaan lain, maka anda menampilkan perangai (trait) tertentu. Ingatlah bahwa perangai tidak saja dibentuk oleh factor-faktor internal individu tetapi juga dipengaruhi oleh factor-faktor social. Itulah yang disebut Internal Response Trait yaitu derajat (tinggi atau rendah) kestabilan disposisi dan konsistensi disposisi individu untuk merespons karakteristik orang lain.

Pendekatan Perseptual apabila Anda harus mengidentifikasi jenis-jenis persepsi, seperti kognisi (akal), pandangan dan pemahaman bahwa semua itu berkaitan dengan kemampuan berkomunikasi lintas budaya yang memperhitungkan tekanan psikologi, berkomunikasi secara efektif dan membangun relasi antar pribadi.

Pendekatan Perilaku  merupakan Pendekatan terhadap kompetensi komunikasi lintas budaya dapat juga dilakukan melalui pendekatan perilaku, terutama perilaku social (perilaku individu dalam konteks social) karena invidu berhubungan dengan seseorang dalam konteks budaya tertentu.

Pendekatan terhadap kebudayaan tertentu. Jika kita ingin meningkatkan komunikasi dengan orang lain dari kebudayaan lain maka yang dilakukan adalah mempelajari kebudayaan, belajar tentang nilai, norma, kepercayaan, bahasa, struktur pengetahuan, system social dan budaya, system ekonomi, mata pencaharian, dan adat.

Asumsi dasar bahwa komunikasi sangat berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhi kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Ketika kita berbicara, sebenarnya kita sedang berprilaku. Melambaikankan, tersenyum, bermuka masam, mengganggukan kepalaatau memberikan suatu isyarat , kita juga sedang berprilaku.

Pendekatan dalam komunikasi berfokus pada pemberian makna kepada perilaku. Pemberian disini berarti bahwa kita memberikana mankna yang telah kita miliki kepada perilaku yang telah kita observasi  dilingkungan  kita. Berbagai makna tel;ah tumbuh sepanjang hidup kita  sebagai akibat dari pengaruh  budaya kita terhadap  kita sebagai hasil  dari pengalaman-pengalaman pribadi. Makna adalah relative bagi kita masing-masing, oleh karena kita masing-masing adalah manusia yang unik dengan latar belakang yang berbeda-beda dan memilki pengalaman yang unik pula

P.     Prinsip- Prinsip Komunikasi antar Budaya

1.      Relativitas Bahasa

Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.

2.      Bahasa sebagai cermin budaya

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi dilakukan. Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahankomunikasi, lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).

3.      Mengurangi Ketidakpastian

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena letidak-pasrtian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.

4.      kesadaran diri dan perbedaan antar budaya

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5.      Interaksi awal dan perbedaan antar budaya

Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun selalu terdapat kemungkinan salah persepsi dansalah menilai orang lain, kemungkinan ini khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.

6.      Memaksimalkan hasil interaksi

Dalam komunikasi antarbudaya terdapat tindakan-tindakan yang berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Pertama, orang akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif. Kedua, bila mendapatkan hasil yang positif, maka pelaku komunikasi terus melibatkan diri dan meningkatkan komunikasi. Bila memperoleh hasil negatif, maka pelaku mulai menarik diri dan mengurangi komunikasi. Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil positif. Pelaku akan mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik, posisi yang diambil, perilaku nonverbal yang ditunjukkan, dan sebagainya. Pelaku komunikasi kemudian melakukan apa yang menurutnya akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak melakkan apa yang menurutnya akan memberikan hasil negatif.

Q.    Hambatan-hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya

Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya terjadi karena alasan yang bermacam-macam karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi dari semua pihak antara lain :

a.       Keanekaragaman dari tujuan-tujuan komunikasi. Masalah komunikasi sering terjadi karena alasan dan motivasi untuk berkomunikasi yang berbeda-beda, dalam situasi antarbudaya perbedaan ini dapat menimbulkan masalah.

  1. Etnosentrisme banyak orang yang menganggap caranya melakukan persepsi terhadap hal-hal disekelilingnya adalah satu-satunya yang paling tepat dan benar, padahal harus disadari bahwa setiap orang memiliki sejarah masa lalunya sendiri sehingga apa yang dianggapnya baik belum tentu sesuai dengan persepsi orang lain. Etnosentrisme cenderung menganggap rendah orang-orang yang dianggap asing dan memandang budaya-budaya asing dengan budayanya sendiri karena etnosentrisme biasanya dipelajari pada tingkat ketidaksadaran dan diwujudkan pada tingkat kesadaran, sehingga sulit untuk melacak asal usulnya.
  2. Tidak adanya kepercayaan karena sifatnya yang khusus, komunikasi antarbudaya merupakan peristiwa pertukaran informasi yang peka terhadap kemungkinan terdapatnya ketidak percayaan antara pihak-pihak yang terlibat.
  3. Penarikan diri komunikasi tidak mungkin terjadi bila salah satu pihak secara psikologis menarik diri dari pertemuan yang seharusnya terjadi. Ada dugaan bahwa macam-macam perkembangan saat ini antara lain meningkatnya urbanisasi, perasaan-perasaan orang untuk menarik diri dan apatis semakin banyak pula

Tidak adanya empati, beberapa hal yang menghambat empati antara lain:

1.      Fokus terhadap diri sendiri secara terus menerus, sulit untuk memusatkan perhatian pada orang lain kalau kita berpikir tentang diri kita secara terus menerus dan bagaimana orang menyukai kita.

2.      Pandangan-pandangan stereotype mengenai ras dan kebudayaan

3.      Kurangnya pengetahuan terhadap kelompok, kelas atau orang tertentu

4.      Tingkah laku yang menjauhkan orang mengungkapakan informasi

5.      Tindakan atau ucapan yang seolah-olah menilai orang lain

6.      Sikap tidak tertarik yang dapat mengakibatkan orang tidak mau mengungkapkan diri

7.      Sikap superior

8.      Sikap yang menunjukkan kepastian jika seseorang bersikap sok tahu atau bersikap seolah-olah serba tahu maka kemungkinan orang akan bersikap defensif terhadapnya

9.      Kekuasaan-kekuasaan digunakan untuk mengontrol atau menentukan tindakan orang lain

10.  Hambatan derajat kesamaan atau ketidaksamaan (homofily atau heterofily), hambatan komunikasi antarbudaya dapat ditimbulkan oleh masalah prinsip-prinsip komunikasi yang ditetapkan pada konteks kebudayaan yaitu tidak memahami, menyadari atau memanfaatkan derajat kesamaan atau perbedaan kepercayaan, nilai-nilai, sikap, pendidikan, status sosial anatara komunikator dan komunikan.

11.  Hambatan pembentukan dan pemrograman budaya, hambatan ini terjadi dalam suatu proses akulturasi yang berlangsung antara imigran dengan masyarakat pribumi. Masalah umum yang sering timbul adalah hambatan stereotype dan prasangka yang biasanya berkembang sejak semula pada saat kita melalui komunikasi antarpribadi ataupun komunikasi massa.

Namun lain lagi menurut Barna, 1988 ; Ruben, 1985 dalam (Joseph A. DeVito, 1997 : 488-491) hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya dibagi menjadi 5 yaitu :

  • Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda
  • Mengabaikan perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda
  • Mengabaikan Perbedaan dalam Makna
  • Melanggar Adat Kebiasaan Kultural
  • Menilai Perbedaan Secara Negatif

Onong Uchjana Effendy (1994) dalam bukunya Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek bahwa proses komunikasi primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dalam bentuk lambang (symbol) sebagai media. Lambang dalam komunikasi primer adalah bahasa, kial, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya yang secara langsung mampu “menterjemahkan” pikiran atau perasaaan komunikator (sender) kepada komunikan (receiver).

Bahasa menjadi menjadi lambang yang paling banyak digunakan dalam proses komunikasi merupakan suatu hal yang jelas karena hanya bahasa lah yang dapat “menterjemahkan” pikiran seseorang kepada orang lain (Onong Uchjana Effendy:1994).Menurut  Emy Puspitasari (2002).kata  bahasa  dalam  bahasa  indonesia  memiliki  lebih  dari  satu  makna  atau pengertian. Mengutip dari Djoko  Kenjono  dan Kridalaksana, Emy menyatakan bahwa bahasa sebagai  objek  kajian  linguistik merupakan  sistem  lambang bunyi  yang arbiter  yang digunakan  oleh  para  anggota  kelompok  sosial  untuk  bekerja  sama  berkomunikasi  dan mengidintifikasi diri. Selain itu, menurut Emy (2002) bahasa dianggap sebagai sistem yang mengandung makna cara atau aturan. Sistem berarti susunan teratur  berpola  yang membentuk  suatu keseluruhan yang bersifat  sistematis  yang  artinya bahasa  tersusun menurut  suatu  pola  tidak  secara  acak.Sistem  artinya  bahasa  itu  bukan sistem tunggal. Kata lambang sering dipandang sebagai simbol tidak bersifat langsung dan alamiah dalam kajian lambang disebut ilmu semiotika atau semiologi adalah ilmu yang mempelajari tanda-tanda  yang  ada  dalam  kehidupan  manusia.Lambang  bersifat  arbiter  yaitu  tidak adanya hubungan langsung yang bersifat wajb antara lambang dengan yang dilambangkan.

Hymes  (1974)  seorang  pakar  sosiolinguistik  mengatakan  bahwa  suatu komunikasi  dengan menggunakan  bahasa  harus memperhatikan  delapan  unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni:

  1. Setting  and  Scene,  yaitu  unsur  yang  berkenaan  dengan  tempat  dan waktu terjadinya percakapan,
  2. Paticipants, yaitu orang-orang yang terlibat dalam percakapan,
  3. Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan
  4. Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan,
  5. Key,  yaitu  menunjuk  pada  cara  atau  semangat  dalam  melaksanakan percakapan,
  6. Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan,
  7. Norms, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan,
  8. Genres,  yaitu  yang  menunjuk  pada  kategori  atau  ragam  bahasa  yang digunakan.

Pernyataan tersebut menyajikan teori bahwa banyak hal yang dapat mempengaruhi penggunaan bahasa pada penggunaannya dalam proses komunikasi. Artinya dalam proses transfer informasi atau berbagi pesan, peranan bahasa menjadi hal yang sangat penting.

Perilaku non verbal merupakan produk sosial budaya, sehingga sangat terpengaruh dengan lingkungan budaya dimana komunikasi berlangsung. Perilaku non verbal di lingkungan budaya Amerika atau Eropa tentu saja akan berbeda dengan lingkungan budaya Asia, atau budaya Indonesia misalnya. Namun demikian, tentu saja ada perilaku non verbal yang sama yang berlaku secara global, misalnya menyeringai ketika menahan sakit, atau melambaikan tangan ketika memanggil seseorang untuk mendekat.

Perilaku non verbal dapat dikelompokkan sebagai berikut :

  1. Kinesics behavior, berupa sikap tubuh (gesture), gerakan tubuh, ekspresi muka, dan kontak mata, dan sebagainya.
  2. Physical characteristic, tanda-tanda fisik yang tidak bergerak, seperti berat, tinggi badan, berjenggot, tatanan rambut, dan sebagainya.
  3. Touching behavior, perilaku-perilaku dalam bentuk kontak tubuh, seperti bersalaman, mengusap, memegang, atau yang sejenisnya.
  4. Paralanguage, perilaku yang berhubungan dengan penggunaan bahasa dan suara. Seperti intonasi, artikulasi, resonansi, dan sebagainya.
  5. Proxemics, perilaku yang terkait dengan jarak kedekatan saat berkomunikasi.
  6. Artifac, perilaku yang erat kaitannya dengan benda-benda yang dipergunakan, seperti kalung, kacamata, lipstick, parfum, dan sebagainya.
  7. Environmental factors, perilaku non verbal yang berkaitan dengan lingkungan, seperti perabotan, dekorasi, musik, dan sebagainya.

Tujuan perilaku non verbal adalah,

  1. Emblems (lambang). Simbol atau isyarat yang melambangkan pesan yang ingin disampaikan, misalnya menganggukan kepala untuk menyatakan “ya”, atau menggelengkan untuk simbol “tidak”
  2. Illustrator. Menggambarkan atau menjelaskan pesan yang ingin disampaikan, misalnya meletakkan tangan pada ketinggian tertentu untuk menunjukkan tinggi, atau meregangkan tangan untuk menunjukkan jarak tertentu.
  3. Affect display. Untuk menyatakan perasaan, atau emosi, seperti pupil mata membesar yang menunjukkan kemarahan.
  4. Regulations. Pengaturan atau pengendalian komunikasi, seperti mengangguk-anggukan kepala yang menunjukkan perhatian dan mendengarkan secara aktif.
  5. Adapters. Untuk penyesuaian diri terhadap emosi, seperti bingung ditunjukkan dengan menggaruk kepala.

Pemahaman terhadap perilaku non verbal yang tepat akan menjadikan komunikasi menjadi efektif dan bermakna karena pesan yang disampaikan dapat ditangkap seutuhnya, baik pesan verbal maupun non verbal.

R.    Karakteristik Komunikasi Nonverbal

Beberapa karakteristik dari komunikasi nonverbal adalah:

1.      Kita selalu berkomunikasi

2.       Arti tergantung kepada kontek

3.      Komunikasi nonverbal lebih dapat dipercaya

4.      Cara utama dalam menyatakan perasaan dan sikap

S.      Model Aristoteles

a.      Pembicara

komunikasi atau communication berasal daribahasa latin communis yang berartisama. Communico, communicatio atau communicare yang berarti membuat sama (make tocommon). Secara sederhana komunikasi dapatterjadi apabila ada kesamaan antarapenyampaian pesan dan orang yang menerimapesan. Oleh sebab itu, komunikasi bergantungpada kemampuan kita untuk dapat memahamisatu dengan yang lainnya (communicationdepends on our ability to understand oneanother).

Model komunikasi adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. Model merupakan sebagai alat untuk menjelaskan fenomena komunikasi, model berfungsi untuk mempermudah penjelasan tersebut. Model juga sekaligus mereduksi fenomena komunikasi, artinya ada nuansa komunikasi lainnya yang terabaikan dan tidak terjelaskan oleh model komunikasi tersebut. Akibatnya apabila kurang hati-hati menggunakan model, maka model dapat menyesatkan kita. Inilah sisi negatif dari suatu model komunikasi apabila kita salah dalam penerapannya.

Terdapat beberapa model komunikasi. Diantaranya adalah model Gundykunst dan Kim. Model komunikasi inilah yang akan kita bahas dalam makalah ini. Komunikasi model ini mengansumsikan dua orang yang sejajar dalam komunikasi, masing-masing dari mereka sebagai pengirim sekaligus penerima, atau keduanya sebagai penyandi (encoding) dan penyandi balik (decoding).

Model komunikasi menurut William B. Gundykunst dan Young Yun Kim atau lebih dikenal dengan Model Gundykunst dan Kim ini sebenarnya adalah model komunikasi antar budaya, yakni komunikasi antara orang-orang yang berasal dari budaya yang berlainan, atau komunikasi dengan orang asing. Model ini pada dasarnya sesuai untuk komunikasi langsung, khususnya untuk dua orang. Meskipun disebut komunikasi anatar budaya atau model komunikasi dengan orang asing, model komunikasi tersebut dapat merepresentasikan komunikasi antara siapa saja. Karena pada dasarnya tidak ada dua orang di dunia ini yang memiliki budaya, budaya sosial dan budaya psikologi yang sama persis.

Model ini mengansumsikan dua orang yang sejajar dalam komunikasi, masing-masing dari mereka sebagai pengirim sekaligus penerima, atau keduanya sebagai penyandi (encoding) dan penyandi balik (decoding). Karena hal itulah, kita dapat melihat bahwa pesan dari seseorang merupakan umpan balik untuk yang lainnya. Pesan/umpan balik diantara me reka diwakilkan oleh sebuah garis dari sandi seseorang kepada sandi balik dari yang lainnya. Dua garis itu menunjukkan bahwa setiap orang dari kita itu berkomunikasi. Kita menyandi dan menyandi balik pesan dalam satu waktu. Dengan kata lain, komunikasi bukanlah hal yang statis, kita tidak akan menyandi sebuah pesan dan melakukan apapun sampai kita mendapatkan umpan balik.

b.      Gudykunst dan kim penyajian pesan dan penyandian balik pesan adalah proses interaktif yang dipengaruhi oleh filter-filter konseptual yang dikatagorikan menjadi : - budaya (cultural) - sosiobudaya (socio cultural) - psiko budaya (psyco cultural) - lingkungan

Pengaruh budaya Pengaruh budaya dalam model gudykunstdan kim meliputi faktor-faktor yangmenjelaskan kemiripan dan perbedaanbudaya misalnya pandangan dunia (agama) ,bahasa & sikap kita terhadap manusia,misalnya apakah kita terhadap harus peduliterhadap individu atau terhadap kelompok .

Pengaruh sosio budaya pengaruh sosial budaya adalah pengaruh yang menyngkut prose penataan sosial ( social ordering process) .Penataan sosial berkembang berdasarkan kepada interaksi dengan orang lain ketika pola-pola prilaku menjadi konsisten dengan berjalannya waktuSosio budaya ini terdiri dari 4 faktor utama yaitu keanggotaan kita dalam kelompok sosial, konsep diri kita , ekspektasi peran kita , dan definisi kita mengenai hubungan antar pribadi .

Dimensi psyco budaya mencakup prosespenataan pribadi (personal ordering process)proses penataan pribadi ini adalah prosesyang memberi stabilitas pada prosespsikologis . Faktor-faktor psiko budaya inimeliputi stereotip dann sikap (misalnyaetnosentrisme dan prasangka) terhadapkelompok lain.

salah satu unsur yang melengkapi model gudykunst & kim adalah faktor lingkungan . Lingkungan mempengaruhi kita menyandi dan menyandi balik pesan .Lokasi geografis , iklim , situasi arsitektural (lingkungn fisik) dan presepsi kita atas lingkungan tersebut , mempengaruhi cara kita untuk menafsirkan rangsangan yang datang dan prediksi yang kita buat mengenai prilaku orang lain .Oleh karena orang lain mungkin presepsi dan orientasi yang berbeda terhadap lingkungan , dan mereka mungkin menafsirkan prilaku dengan cara yang berbeda walau dalam keadaan situasi yang sama .

ada seorang pria kebangsaan amerika sebut saja Mr. Caplin yangmemiliki perusahaan di bidang teknologi yang cukup maju . Maka iaingin berkeinginan untuk mengembangkan usahanya keluar negri ,maka dia memilih pasar jepang . Setelah melalui proses loby danpendekatan , mr. Caplin berhasil mendekati pengusaha jepang yangbernama mr. suneo , akhirnya mereka membuat janji untukbertemu, mr. caplin segera memulai presentasinya denganbersemangat , dia menjelaskan bisnis yang telah dijalankan oleh nyadan menawarkan kepada mr.suneo untuk berkerja sama. Mr. suneohanya terlihat tersenyum mendengar kan presentasi tersebut ,sesekali juga mengangguk-angukan kepalanya, setelah selesaimereka pun berjabat tangan . Sambil berpisah mr.suneo hanyamenganggukan kepala sambil tersenyum dan akan memberikankabar secepatnya, melihat respon kliennya yang tersenyum danmenganggukan kepela , mr.caplin yakin bahwa ia telah berhasiltelah meyakinkan mr.suneo untuk berkerja sama , namun setelahbeberapa waktu lamanya , kabr gembira yang dinanti-nanti pun takkunjung datang dan akhirnya mr.caplin menerima surat pemolakansurat dari mr.suneo . Hal ini membuat mr.caolin bertanya-tanya ,mengapa kerja sama itu sampai batal terlaksana .akhirnya terjawablah teka-teki itu , anggukan kepala orng jepangbukanlah menandakan persetujun yang sebagaimana difikirkanmr.caplin yang melainkan hanya menunjukan bahwa iamendengarkan tentang apayang sedang disampaikan kepadanya .Dan senyuman yang diberikan mr.suneo selam pertemuan ituhanyalah sebuah keramahan , yang memang sudah menjadi.

Beliau memiliki seorang teman yang berasal dari indonesia namun telah lama menetap di australia, sehingga anak mereka sudah terbiasa mengunakan bahas inggris untuk kehidupan sehari-hari . Mereka menetap di indonesia,dan sang anak bilang terhadap ibunya tidak ingin mengunakan bahasa indonesia. Sehingga ibunya memperkenalkan anak itu kepada Suzanna. “What is that?” tanya anak itu. “this is musquitos cooil” jawab beliau. “obat nyamuk???” jawab anak itu heran. “kenapa nyamuk harus diberi obat??” “apa nyamuk-nyamuk itu sedang sakit??” tanya anak itu. “bukan ini sejenis racun untuk mengusir nyamuk” kata ibu Suzzana. Namun anak itu etap tidak mengerti kenapa itu disebut obat nyamuk. Karena di Australia atau dinegara lain yang namanya obat pasti dipakai untuk menyebuhkan. Sehingga setiap kali ibunya menyalakan obat nyamuk, anak itu merapatkan kedua tangannya dan berkata “Get Well Son”.

Komunikasi secara umum adalah suatu prosespembentukan, penyampaian, penerimaan danpengolahan pesan yang terjadi di dalam diriseseorang dan atau di antara dua atau lebih dengantujuan tertentu sehingga dapat menimbulkantanggapan atau reaksi dari sang penerima pesan.Komunikasi dapat berupa interaktif, komunikasitransaktif, komunikasi bertujuan, atau komunikasitak bertujuan. Komunikasi juga dapat disimpulkansebagai pesan yang disampaikan kepada penerimapesan (komunikan) dari sumber pesan (komunikator)melalui saluran-saluran tertentu baik secaralangsung/tidak langsung dengan maksudmemberikan dampak/efek kepada komunikan sesuaidengan yang diinginkan komunikator.

T.     KOMUNIKASI DAN AKULTURASI

Thomas Glick (1997) akulturasi adalah proses pergantian budaya yang di set dalam gerakan dari pertemuan sistem budaya yang autonom. Menghasilkan sebuah peningkatan persamaan antara satu dengan yang lainnya.

Robert Redfield, Ralph Linton dan Melville Herskovits dalam american antropologist (1936) akulturasi merupakan sebuah hasil ketika dua kelompok budaya dari individu-individu saling bertukar perbedaan budaya, timbul dari keberlanjutan perjumpaan pertama. Dimana terjadi perubahan dari pola asli kebudayaan dari kedua kelompok tersebut.

Dalam proses komunikasi pastinya mendasari proses akulturasi seorang imigran. Akulturasi terjadi melalui identifikasi dan internalisasi lambang-lambang masyarakat pribumi yang signifikan. Sebagaimana orang-orang pribumi memperoleh pola-pola budaya pribumi lewat komunikasi seorang imigran pun memperoleh pola-pola budaya pribumi lewat komunikasi. Seorang imigran akan mengatur dirinya untuk mengetahui dan diketahui dalam berhubungan dengan orang lain.Dan itu dilakukannya lewat komunikasi.Proses trial and error selama akulturasi sering mengecewakan dan menyakitkan. Dalam banyak kasus, bahasa asli imigran sangat berbeda dengan bahasa asli masyarakat pribumi. Masalah-masalah komunikasi lainnya meliputi masalah komunikasi nonverbal, seperti perbedaan-perbedaan dalam penggunaan dan pengaturan ruang, jarak antar pribadi, ekspresi wajah, gerak mata,gerak tubuh lainnya,dan persepsi tentang penting tidaknya prilaku nonverbal.

Bahkan bila seorang imigran dapat menggunakan pola-pola komunikasi verbal dan nonverbal secara memuaskan, ia mungkin masih akan mengalami sedikit kesulitan dalam mengenal dan merespons aturan-aturan komunikasi bersama dalam budaya yang ia masuki itu. Imigran sering tidak sadar akan dimensi-dimensi budaya pribumi yang tersembunyi yang mempengaruhi apa yang di persepsikan dan bagai mana mempersepsi, bagaimana menafsirkan pesan-pesan yang diamati, dan bagaimana mengekspresikan pikiran dan prasaan secara tepat dalam konteks relasional dan keadaan yang berlainan. Perbedaan-perbedaan lintas budaya dalam aspek-aspek dasar komunikasi ini sulit diidentifikasi dan jarang dibicarakan secara terbuka. Perbedaan-perbedaan tersebut sering merintangi timbulnya saling pengertian antar para imigran dan anggota-anggota masyarakat pribumi.

Bila kita memandang akulturasi sebagai proses pengembangan kecakapan berkomunikasi dalam sistem sosio-budaya pribumi, perlulah ditekankan fakta bahwa kecakapan berkomunikasi sedemikian diperoleh melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi.Orang belajar berkomunikasi dengan berkomunikasi. Melalui pengalaman-pengalaman berkomunikasi yang teruss menerus dan beraneka ragam, seorang imigran secara bertahap memperoleh mekanisme komunikasi yang ia butuhkan untuk menghadapi lingkungannya. Keccakapan berkomunikasi yang telah diperoleh imigran lebih lanjut menentukan seluruh akulturasinya. Kecakapannya ini terutama terletak pada kemampuan imigran untuk mengontrol perilakunya dan lingkungan pribumi. Kecakapanimigran dalam berkomunikasi akan berfungsi sebagai seperangkat alat penyesuaian diri yang membantu imigran memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan akan kelangsungan hidup dan kebutuhan akan “rasa memiliki” dan “harga diri” (maslow, 1970:47).Survei tentang imigran-imigran asal korea dan indocina di amerika serikat dalam penyesuaian diri secara psikologis, sosial, dan ekonomis.

Oleh karena itu, proses akulturasi adalah suatu proses yang interaktif dan berkesinambungan yang berkembang dalam dan melalui komunikasi seorang imigran dengan lingkungan sosio-budaya yang baru. Kecakapan komunikasi yang diperolehnya, pada gilirannya menunjukkan derajat akulturasi imigran tersebut. Derajat akulturasi imigran tidak hanya direfleksikan dalam, tapi juga di permudah oleh, derajat kesesuaian antara pola-pola komunikasinya dan pola-pola komunikasi masyarakat pribumi yang disetujui bersama. Ini tidak berarti bahwa setiap rincian prilakukomunikasi seorang imigran dapat diamati untuk memahami akulturasinya, tidak pula berarti bahwa semua aspek akulturasinya dapat dipahami melalui pola-pola komunikasinya. Namun, dengan memusatkan perhatian pada beberapa variabel komunikasi yang penting dalam proses akulturasi, kita dapat memperkirakan realiitas akulturasi pada suatu saat tertentu dan juga meramalkan tahap akulturasi selanjutnya.

U.    VARIABEL - VARIABEL KOMUNIKASI DALAM AKULTURASi

Dalam menganalisis akulturasi seorang imigran dari perspektif komunikasi terdapat pada perspektif sistem yang dielaborasi oleh Ruben (1975). Dalam perspektif sistem, unsur dasar suatu sistem komunikasi manusia teramati ketika orang secara aktif sedang berkomunikasi, berusaha untuk, dan mengharapkan berkomunikasi dengan lingkungan. Sebagai suatu sistem komunikasi terbuka, seseorang berinteraksi dengan lingkungan melalui dua proses yang saling berhubungan komunikasi persona dan komunikasi sosial.

 

 

a.      Komunikasi Persona

Komunikasi persona (atau intrapersona) mengacu kepada proses-proses mental yang dilakukan orang untuk mengatur dirinya sendiri dalam dan dengan lingkungan sosio-budayanya, mengembangkan cara-cara melihat, mendengar, memahami, dan merespon lingkungan.”komunikasi persona dapat dianggap sebagai merasakan, memahami, dan berprilaku terhadap objek-objek dan orang-orang dalam suatu lingkungan. Ia adalah proses yang dilakukan individu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya” (Ruben, 1975 : 168 – 169). Dalam konteks akulturasi, komunikasi persona, seorang imigran dapat dianggap sebagai pengaturan pengalaman-pengalaman akulturasi kedalam sejumlah pola respon kognitif dan afektif yang dapat diidentifikasikan dan konsisten dengan budaya pribumi atau yang secara potensial memudahkan aspek-aspek akulturasi lainnya.

Salah satu variabel komunikasi persona terpenting dalam akulturasi adalah kompleksitas struktur kognitif imigran dalam mempersepsi lingkungan pribumi. Selama fase-fase awal akulturasi, persepsi seorang imigran atas lingkungan pribuminya relatif sederhana; persepsi imigran atas lingkungannya yang asing itu menunjukkan stereotip-stereotip kasar. Namun, setelah imigran mengetahui budaya pribumi lebih jauh, persepsinya menjadi lebih halus dan kompleks, memungkinkannya menemukan banyak variasi dalam lingkungan pribumi.

Suatu variabel komunikasi persona lainnya dalam akulturasi adalah citra diri (self image) imigran yang berkaitan dengan citra-citra imigran tentang lingkungannya.

b.      Komunikasi Sosial

Komunikasi persona berkaitan dengan komunikasi sosial ketika dua atau lebih individu berinteraksi, sengaja atau tidak. “komunikasi adalah suatu proses yang mendasari intersubjektivitas, suatu fenomena yang menjadi sebagai akibat simbolisasi publik dan penggunaan serta penyebaran simbol” (Ruben, 1975 : 171).melalui komunikasi sosial individu-individu “menyetel” perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, dan perilaku-perilaku antara yang satu dengan yang lainnya. Komunikasi sosial dapat dikategorikan lebih jauh kedalam komunikasi antarpersona dan komunikasi masa.komunikasi antarpersona terjadi melalui hubungan-hubungan antarpersona, sedangkan komunikasi masa adalah suatu proses komunikasi sosial yang lebih umum, yang dilakukan individu-individu untuk berinteraksi dengan lingkungan sosio-budayanya, tanpa terlihat dalam hubungan-hubungan antarpersona dengan individu-individu tertentu.

c.       Lingkungan Komunikasi

Kondisi- kondisi lingkungan merupakan hal yang mungkin secara signifikan mempengaruhi perkembangan sosio–budaya yang akan dicapai imigran. Suatu kondisi lingkungan yang sangat berpengaruh pada komunikasi dan akulturasi imigran adalah adanya komunitas etniknya di daerah setempat. Derajat pengaruh komunitas etnik atas perilaku imigran sangat bergantung pada derajat “kelengkapan kelembagaan” komunitas tersebut dan kekuatannya untuk memelihara budayanya yang khas bagi anggota-anggotanya (Taylor, 1979). 

V.    POTENSI AKULTURASI

Pola-pola akulturasi tidaklah seragam diantara individu-individu tetapi beraneka ragam, bergantung pada potensi akulturasi yang dimiliki imigran sebelum berimigrasi.Kemiripan antar budaya asli (imigran) dan budaya pribumi mungkin merupakan faktor terpenting yang menunjang potensi akulturasi. Diantara faktor-faktor karakteristik-karakteristik demografik,usia pada saat berimigrasi dan latar belakang pendidikan terbukti berhubungan dengan potensi akulturasi. Imigran yang lebih tua mengalami lebih banyak kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan budaya yang baru dan mereka lebih lambat dalam memperoleh pola-pola budaya baru (Kim, 1976). Latarbelakang pendidikan imigran sebelum berimigrasimempermudah akulturasi (Kim, 1976, 1980.

Faktor-faktor yang memperkuat potensi akulturasi adalah faktor-faktor kepribadian seperti suka berteman ,toleransi, mau mengambil resiko, keluesan kognitif, keterbukaan dan sebagainya karakteristik-karakteristik kepribadian ini membantu imigran membentuk persepsi, perasaan dan perilakunya yang memudahkan dalam lingkungan yang baru. Disamping itu, pengetahuan imigran tentang budaya pribumi sebelum berimigrasi yang siperoleh dari kunjungan yang sebelumnya, kontak-kontak antarpesona, dan lewat media massa, juga dapat mempertinggi potensi akultrasi imigran.

 

a.        Adaptif
Setiap manusia tentu menginginkan agar hidupnya eksis. Untuk dapat hidup eksis ia harus senantiasa beradaptasi (menyesuaikan diri) dengan lingkungan. Dengan penyesuaian diri ia akan mengalami perubahan-perubahan kearah yang lebih maju (modern). Sebagai makhluk hidup, manusia memiliki daya upaya untuk dapat menyesuaikan diri, baik secara aktif maupun pasif. Seseorang aktif melakukan penyesuaian diri bila terganggu keseimbangannya, yaitu antara kebutuhan dan pemenuhan. Untuk itu ia akan merespon dari tidak seimbang menjadi seimbang. Bentuk ketidakseimbangan yang dapat muncul yaitu: bimbang/ragu, gelisah, cemas, kecewa, frustasi, pertentangan (conflict), dsb. Penyesuaian diri seseorang dengan lingkungannya dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain: jenis kelamin, umur, motivasi, pengalam, serta kemampuan dalam mengatasi masalah. Dua bentuk ketidakseimbangan yang perlu mendapat perhatian yaitu Frustasi dan konflik.

b.       Frustasi
Ada beberapa faktor penyebab frustasi. Pada umumnya frustasi dapat disebabkan karena: (1) Tertundanya pencapaian tujuan seseorang untuk sementara, atau untuk waktu yang tidak menentu. (2) Sesuatu yang menghambat apa yang sedang dilakukan. Faktor penghambat dapat dibedakan menjadi 2 yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Faktor interen yaitu semua faktor yang berasal dari dalam diri seseorang, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Contoh faktor interen yaitu keadaan jasmani dan rohani. Sedangkan faktor eksteren yaitu semua faktor yang berasal dari luar dirinya, yang dapat berpengaruh positif atau negatif. Faktor eksteren terbagi lagi menjadi tiga yaitu dari lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat

c.        Konflik
Konflik (pertentangan) dapat muncul apabila terjadi ketidakseimbangan dalam diri individu. Salah satu contoh: ‘Seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan yang harus dipilih satu, atau beberapa diantaranya’. Seseorang yang mengalami konflik dan tidak segera diatasi, dapat menimbulkan gangguan perilaku. Beberapa contoh lain untuk situasi konflik adalah sebagai berikut.

1.      Approach-approach : Berhadapan dengan 2 pilihan yang menarik

2.      Avoidance-avoidance : Berhadapan dengan 2 pilihan yang tidak diinginkan.

3.      Approach-avoidance : Satu pilihan menyenangkan dan satu pilihan tidak me-
nyenangkan.

4.      Double approach avoidance conflict : banyak konflik, dan sebagainya
Dalam menghadapi frustasi dan/atau konflik, seseorang hendaknya memiliki kemampuan (kecakapan) untuk menganalisis setiap stimulus.

Dengan kecakapan yang dimiliki ia akan dapat menyelesaikan masalahnya. Analisis dapat dilakukan secara bertahap, mulai dari yang sangat sederhana (ringan) menuju yang kompleks (berat). Dengan demikian secara bertahap pula akan ditemukan keseimbangan. Hal ini dapat dilakukan dengan penuh kesabaran. Frustasi dan/atau konflik dapat diseimbangkan dengan berbagai cara. Trial and error (mencoba dan salah) merupakan salah satu cara yang dapat membentuk ‘kebiasaan’ dan ‘mekanisme’. Ada bermacam-macam mekanisme penyesuaian yang dapat dijadikan rambu-rambu sebagai berikut.

1.      Agresi: yaitu menyerang obyek frustasi untuk mendapatkan kepuasan

2.      Menarik diri: yaitu menarik atau undur diri dari permasalahan.

3.      Mimpi siang hari: yaitu untuk mencapai kepuasan dengan berkhayal.

4.      Regresi: merupakan reaksi terhadap frustasi dan nampak pada anak-anak.

5.      Rasionalisasi: yaitu pembebasan atas suatu perilaku, bisa disebabkan oleh alasan yang sebenarnya dari perilaku itu tidak diterima oleh masyarakat. Bentuk rasionalisasi: Sougrapes, sweet lemon, kambing hitam.

6.      Represi: situasi yang menimbulkan rasa bersalah ketakutan dsb. Lebih baik dilupakan

7.      Identifikasi: mendapatkan rasa harga diri dengan menempatkan diri pada tokoh yang dikagumi. Identifikasi dapat terjadi pada kelompok/lembaga yang bisa menjadi kebanggaannya, dapat juga di sekolah-sekolah.

8.      Konpensasi: konpensasi dapat bersifat positif atau negatif.

9.      Reaksi konversi: karena terjadi konversi ketegangan emosi kesan dari psikologis. Seseorang yang tidak bisa mengatasi konfliknya mencoba mengatasi dengan sakit kepala, sakit perut, dll.

 

 

d.      Maladaptif

Beberapa petunjuk yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya maladaptif: (a) Sensitif terhadap kritik: Individu tidak bias merespon secara positif terhadap koreksi, juga tidak dapat mengkritisi diri sendiri. (b) Tidak mampu kompetisi: Individu hanya mau berkompetisi dengan kawan yang jelas dapat dikalahkan.

e.       Fase kejutan budaya

Kejutan budaya yang kuat (seperti tinggal di negara asing) sering kali terdiri dari fase yang berlainan, walaupun tidak semua orang melalui semua fase ini dan juga dipengaruhi oleh faktor waktu

"Fase bulan madu" - pada fase ini perbedaan antara budaya baru dan lama dilihat sebagai sudut pandangan romantik, menarik, dan baru, Sebagai contoh, pada saat berpindah ke negara asing, seseorang mungkin menyukai makanan yang baru, tempo kehidupan yang baru, sifat masyarakat yang baru, arsitektur bangunan yang baru, dan seterusnya.

Fasa pembelajaran ("negosiasi") - setelah beberapa hari, minggu, atau bulan, perbedaan kecil antara budaya baru dan lama diselesaikan. Seseorang mungkin rindu makanan rumah, tempo kehidupan terlalu pelan atau terlalu cepat, sifat masyarakatnya mengganggu, dll.

Fasa "semuanya baik" - setelah beberapa hari, minggu atau bulan, seseorang mulai biasa dengan perbedaan budaya baru dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan. Pada fase ini, seseorang tidak lagi bertindak memiliki kesan positif atau negetif kepada budaya baru tersebut, karena budaya tersebut tidak lagi dirasakan sebagai budaya baru, melainkan sudah menjadi budaya keduanya.

Pada sebagian kasus, tidak jarang orang tidak sanggup untuk menangani kejutan budaya. Sebagian orang tidak mampu menyerap ke dalam budaya baru dan kembali kepada budaya asal mereka, sementara sebagian yang lain menjadi begitu terpesona dengan budaya asing sehinggakan mereka merasakan mereka harus mengadopsinya sebagai budaya asal mereka.

f.       Pewarisn budaya

Beberapa media proses pewarisan budaya masyarakat modern diantaranya adalah sebagai berikut :

 

 

1.      Organisasi Sosial atau Kelompok Sosial

Organisasi sosial yang dimaksud dalam bahasan ini adalah pengelompokan orang-orang yang disebut oleh C.H. Cooley sebagai secondary group (kelompok sekunder). Kelompok social ini dibentuk secara terorganisir untuk mencapai kepentingan tertentu. Organisasi social atau kelompok social ini meliputi :Bidang Pendidikan, Sekolah merupakan sarana pewarisan budaya yang paling mendasar setelah pendidikan keluarga. Dalam proses pewarisan budaya melalui lembaga sekolah ini memiliki berfungsi :

a)      Memperkenalkan, memelihara, dan mengembangkan unsure-unsur budaya.

b)      Mengembangkan kekuatan penalaran.

c)      Memperkuat kepribadian dan budi pekerti.

d)      Menumbuhkembangkan semangat kebangsaan.

e)      Bidang Perekonomi

Secara garis besar sarana pewarisan budaya dalam bidang ekonomi dikategorikan dalam tiga bidang kegiatan ekonomi yaitu :

a)      Bidang Produksi

Yaitu usaha-usaha untuk menghasilkan kebutuhan-kebutuhan ekonomi melalui usaha pertanian, perikanan, peternakan, dan perindustrian.

b)      Bidang Konsumsi

Yaitu usaha-usaha yang langsung dinikmati masyarakat sebagai konsumen, terutama kebutuhan sandang, pangan dan papan.

c)      Bidang Distribusi

Yaitu usaha untuk menyebarluaskan hasil-hasil produksii melalui distribusi perdagangan atau perniagaan.

d)     Bidang Politik Pemerintahan

 

 

 

2.       Media Massa

Media massa berperan memberikan informasi dan pengetahuan melalui berbagai macam media massa baik cetak, elektronik, surat kabar, majalah, tabloid, radio, televise, internet dan lain-lain. Dampak positif dan negative dari pengaruh budaya asing akibat dari perkembangan media massa dan teknologi informasi diantaranya :

a.       Dampak Positif

a)      Mempercepat proses pembangunan akibat masuknya ilmu dan teknologi

b)      Memperluas cakrawala berfikir

c)      Dampak Negatif

d)     Pergeseran nilai budaya yang menimbulkan anomi (perilaku tanpa arah dan apatis).

e)      Terjadinya ketimpangan budaya (culture lag)

3.      Terjadinya goncangan budaya (culture shock)

Identitas etnis adalah sebuah atribut yang sudah melekat pada sekelompok komunitas dengan ciri-ciri khas tertentu. Identitas ini pada dasarnya akan melekat secara mendasar dan kemudian menjadi penanda yang paling dominan dalam berbagai aktifitas etnis tersebut. Amartya Sen pernah berkata bahwa identitas etnis menjadi sesuatu yang sangat penting bagi komunitas saat ini dan terkadang menjadi sebuah ikatan yang sangat kuat sebagai pembeda dengan etnis lainnya.
Identitas etnik yang ada di sebuah wilayah muncul dari sebuah rangkaian proses interaksi antara masing-masing anggotanya maupun dengan kelompok lainnya. Proses konstruksi identitas ini tidak berlangsung sebentar, namun berproses dalam sebuah rentang perjalanan waktu. Termasuk dalam hal ini adalah identitas etnik Arab di wilayah Kota Palembang.

Diketahui pula bahwa pada masa Kesultanan Palembang Darussalam terdapat kelompok-kelompok hunian baik dari penduduk lokal maupun penduduk asing yang lengkap dengan segala komponen-komponen permukimannya. Data sejarah menunjukkan bahwa penduduk asing pada masa Kesultanan Palembang Darussalam berasal dari Arab, India dan Cina (Mujib 2000; Sevenhoeven 1971). Hal yang sama juga terlihat di masa kerajaan Sriwijaya. Hasil penelitian Effendy yang dikutip oleh Abdullah Idi (Zulkifli, 2001; 4) bahwa riwayat pendeta musafir dan pelajar Cina, I-Tsing yang singgah di pelabuhan Sribusa (Sriwijaya) pada tahun 671 M telah mencatatkan kehadiran orang-orang Arab dan Persia di sana. Riwayat pengembara Chau Ju Kua menginformasikan pula tentang adanya “koloni Arab” di pesisir barat Sumatera.

Beberapa fakta di atas menunjukkan bahwa sejak zaman dulunya, keragaman dan multi etnis yang mendiami wilayah Palembang sudah terjadi. Tiga etnis utama dari luar yang sulit untuk dibedakan mana yang lebih dulu hadir adalah Arab, India dan Cina. Masing-masing etnis mengalami dinamikanya sendiri dan berkembang sesuai konteksnya masing-masing. Uniknya, semua etnis tersebut beradaptasi dengan masyarakat lokal namun pada beberapa sisi tetap memperlihatkan aspek budaya asli yang dimilikinya.

Tinjauan dan penelitian mengenai keberadaan etnis China di Palembang sudah cukup banyak ditulis para ahli. Namun kajian mengenai etnis Arab bisa dikatakan sangat minim. Hal ini memang patut menjadi bahasan karena etnis Arab juga cukup dominan di Palembang dan telah hadir sejak zaman dulu. Sebuah realitas umum juga menunjukkan bahwa pembauran dan adaptasi antara etnis Arab dengan komunitas lokal cukup berhasil dan berlangsung baik, ketimbang etnis lainnya terutama China. Besar kemungkinan hal ini disebabkan oleh faktor kesamaan agama dan keyakinan yang dianut oleh etnis Arab dan mayoritas warga Palembang lainnya, yaitu Islam.

Sesuatu yang menarik dari komunitas Arab ini adalah kemampuannya beradaptasi dengan komunitas lokal. Walaupun secara pemukiman mereka mengelompok di beberapa lokasi, namun adaptasi dengan komunitas lain tetap berjalan. Kemampuan beradaptasi ini menunjukkan telah berlangsungnya proses komunikasi antar budaya antara etnis Arab dengan etnis Palembang maupun etnis lainnya. Etnis Arab, walaupun sudah membaur dan bahkan mengaku sebagai wong Plembang, namun identitas dan ciri khas etnisnya tetap terlihat. Etnis Arab sendiri di kota Palembang bisa dikatakan berlangsung hidup secara rukun dan damai dengan komunitas lain. Hampir tidak ada benturan berarti dan selalu terjadi interaksi yang baik. Hal ini menjadi menarik karena di sisi lain, identitas etnik Arab sebenarnya tetap menonjol (seperti pemberian nama, dandanan fisik, tradisi keagamaan, dsb) yang pada beberapa hal berbeda dengan warga lain. Tetapi semua bisa berlangsung damai dan rukun. Dalam hal inilah penelitian ini menjadi menarik, yaitu melihat bagaimana konstruksi terhadap identitas etnik Arab tersebut dibentuk oleh etnis itu sendiri maupun etnis diluarnya sehingga kehidupan kerukunan tetap berlangsung. Pada titik inilah penelitian ini memfokuskan diri, yaitu pencitraan dan pembentukan identitas etnik yang terkait dengan kemampuan memainkan peran-peran tersendiri.

Definisi Manajemen Konflik

Manajemen konflik merupakan serangkaian aksi dan reaksi antara pelaku maupun pihak luar dalam suatu konflik. Manajemen konflik termasuk pada suatu pendekatan yang berorientasi pada proses yang mengarahkan pada bentuk komunikasi (termasuk tingkah laku) dari pelaku maupun pihak luar dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan (interests) dan interpretasi. Bagi pihak luar (di luar yang berkonflik) sebagai pihak ketiga, yang diperlukannya adalah informasi yang akurat tentang situasi konflik. Hal ini karena komunikasi efektif di antara pelaku dapat terjadi jika ada kepercayaan terhadap pihak ketiga.
Menurut Ross (1993) bahwa manajemen konflik merupakan langkah-langkah yang diambil para pelaku atau pihak ketiga dalam rangka mengarahkan perselisihan ke arah hasil tertentu yang mungkin atau tidak mungkin menghasilkan suatu akhir berupa penyelesaian konflik dan mungkin atau tidak mungkin menghasilkan ketenangan, hal positif, kreatif, bermufakat, atau agresif. Manajemen konflik dapat melibatkan bantuan diri sendiri, kerjasama dalam memecahkan masalah (dengan atau tanpa bantuan pihak ketiga) atau pengambilan keputusan oleh pihak ketiga. Suatu pendekatan yang berorientasi pada proses manajemen konflik menunjuk pada pola komunikasi (termasuk perilaku) para pelaku dan bagaimana mereka mempengaruhi kepentingan dan penafsiran terhadap konflik.

1.      SIMPATI

Simpati adalah suatu ketertarikan kepada orang lain yang seolah ikut merasakan perasaan orang lain.

Contoh : jika saya memberitahukan kepada anda bahwa bibi saya meninggal, anda bersimpati kepada saya dengan membayangkan bagaimana anda merasa jika bibi anda meninggal dunia.

2.      KEUNTUNGAN SIMPATI

Mudah : karena kita bersimpati itu hanya merasakan saja yang seolah – olah itu terjadi pada kita.

Dapat dipercaya : adanya perbandingan karena adanya pengalaman yang sama

Cermat  : Didasarkan pada fakta ( benar atau tidaknya pengalaman itu di ceritakan kepada kita )

Menyenangkan : Sama – sama memiliki pengalaman yang sama.

3.      KERUGIAN SIMPATI

Tidak peka terhadap perbedaan jika tidak kenal dengan orang lain,dan jika kita berbeda pengalaman, kita akan sulit berkomunikasi secara efektif

a.       Bersifat menggurui

Merasa bahwa pengalaman dan hal yang kita rasakan adalah yang paling benar daripada pengalaman dan hal yang dirasakan oleh orang lain, sehingga orang lain dalam menyelesaikan masalah harus sesuai dengan apa yang kita lakukan dahulu.

b.      Bersifat Defensif

Bersikap kokoh mempertahankan hal yang dialami dan yang dirasakan adalah hal yang paling benar, tanpa menerima pengalaman orang lain.

4.      MENGEMBANGKAN EMPATI

a.       Mengasumsikan perbedaan

Apa yang kita bayangkan dari pengalaman orang lain itu, seolah sama dengan apa yang dirasakan orang lain itu

b.      Mengenali diri

Memiliki keyakinan individual (mempunyai pengendalian diri) Contoh: jadi ikut cemas ketika orang lain juga cemas.

 

 

c.       Menunda diri

Perluasan batas diri secara sementara atau menghilanglan pemisahan antara diri dengan lingkungan. (menahan diri untuk mau medengarkan orang lain bercerita)

d.      Melakukan imajinasi terbimbing.

Kita membayangkan apa yang dialami dan dirasakan orang lain, namun harus sesuai logika.

e.       Membiarkan pengalaman empati

Kita selalu dapat membayangkan dan merasakan perasaan-perasan dari orang lain yang berbeda

f.       Meneguhkan kembali diri

Walaupun kita merasakan pengalaman seperti orang lain, kita lantas tidak boleh seperti mereka dan kembali pada pribadi kita sendir

Efektivitas komunikasi antar budaya

Dalam proses komunikasi, hal yang mutlak diperhatikan adalah tingkat keefektifan komunikasi. Komunikasi dikatakan efektif apabila makna yang ada pada sumber pesan sama dengan makna yang ditangkap oleh penerima pesan. Makna pesan sangat tergantung pada lingkungan di mana pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tinggal dan dibesarkan. Budaya di suatu daerah dapat menyebabkan timbulnya makna yang berbeda mengenai suatu kata dengan budaya di daerah lain.

1)      Ida Yuhana, Ninuk Purnaningsih, dan Siti Sugiah Mugniesyah

Mengadaptasi pendapat Mulyana dan Rakhmat (2006), adanya globalisasi menyebabkan kontak antarbudaya tidak terhindarkan. Ketika satu budaya berbaur dengan budaya lain, atau subbudaya satu berinteraksi dengan subbudaya lainnya, dibutuhkan suatu sarana agar keduanya memperoleh suatu pemahaman yang sama. Yang dibutuhkan dalam hal ini adalah adanya komunikasi antarbudaya. Oleh sebab itu pemahaman mengenai komunikasi antarbudaya penting untuk diketahui.

Yang paling berpengaruh dalam efektifitas komunikasi adalah faktor pesan. Yuhana dkk. (2006) membagi pesan menjadi 3 aspek, antara lain kode pesan, isi pesan, dan perlakuan terhadap pesan. Dari ketiga aspek ini, yang paling berpengaruh dalam efektifitas komunikasi adalah kode pesan, di mana komunikator menyampaikan pesan melalui simbol-simbol yang mewakili isi pesan tersebut. Sedangkan telah kita ketahui bahwa makna dari simbol pesan bisa berbeda antara satu individu dengan individu lain, karena makna tidak bisa ditransfer, hanya bisa disampaikan melalui perwakilan simbol-simbol. Di samping itu, terdapat juga jenis-jenis komunikasi, yang dapat dilihat pada tabel berikut.

konflik atau  kesalah pahaman  adalah  keadaan  dimana  terdapat  dua  pihak atau lebih yang saling bertentangan, yang dapat mengakibatkan ketidak puasan, kemarahan, perubahan secara materi, luka, kematian, dan hilangnya produktifitas, dapat pula mengakibatkan lingkungan dan kebudayaan dalam keadaan bahaya. Pada awalnya konflik dimulai dengan pertentangan yang bersifat idiologis dan kemungkinan akan berakhirnya pada saat salah satu pihak memaksakan pengertian mereka tentang moral maupun suatu harapan yang diikuti dengan kesadaran bahwa salah satu diantaranya telah berbuat kekeliruan. Ini harus kita sadari sebagai konsekuensi paling ringan dari suatu konflik ideologis atau perbedaan ideologi. Konsekuensi yang lebih berat juga bisa muncul dalam bentuk sanksi maupun aksi tertentu.

Konflik antar bangsa terjadi karena antar pemimpin bangsa yang satu dengan yang lainnya tidak saling memahami dan menghargai. Mereka merasa budayanya lebih baik dari yang lain/etnosentrik dan stereotip, hal ini juga sering dijumpai dalam lingkup nasional, yaitu yang terdapat pada konflik antar suku yang bersifat etnosentrik,

contoh :

1.      Orang Indonesia menundukan kepala saat berbicara sebagai tanda hormat, tetapi oleh orang Barat hal itu dianggap sebagai sikap tidak jujur/ menyembunyikan sesuatu.

2.      Orang Amerika menatap mata ketika sedang berbicara, oleh orang Indonesia dianggap menentang/tidak etis.

3.      Orang Sunda dirasa suka basa-basi, prianya suka berganti pasangan

4.      Orang Padang sering dianggap pelit

5.      Orang jawa aliran kepercayaan

6.      Orang batak kasar

 

DAFTAR PUSTAKA

 http://romeltea.com/komunikasi-makna-dan-ruang-lingkup/#sthash.tBmyrJTF.dpuf

http://latansablog.wordpress.com/2011/11/24/pengertian-dan-unsur-unsur-komunikasi/

http://kuliah.dinus.ac.id/edi-nur/mbbi/bab3.html

http://mbahkarno.blogspot.com/2013/09/unsur-unsur-kebudayaan-beserta.html

http://manshurzikri.wordpress.com/2009/11/27/karakteristik-kebudayaan/

http://nicofergiyono.blogspot.com/2013/11/komunikasi-antar-budaya-prinsip-prinsip.html

 

 

SILAHKAN KLIK DOWNLOAD FILE DLM BENTUK MS WORD NYA DIBAWAH INI


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


PERHATIAN!! Mohon Untuk Tidak Memposting Ulang isi dari Blog ini ke blog / web lain tampa Se izin dari Admin"BLOG INI DILINDUNGI HAK CIPTA DMCA".

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar