AssalamualaikumWr.Wb. hari ini mimin mau membagikan contoh Makalah TAFSIR - Metode Pendidikan Keteladanan, semoga contoh makalah tafsir ini bisa bermanfaat untuk teman-teman.
oke langsung saja lihat Makalah Tafsir - Metode Pendidikan Keteladanan dibawah ini :
TAFSIR
“Metode Pendidikan keteladanan”
Di susun oleh :
Siti
Mareta (12551035)
PBI 5 E
Dosen
Pengampu : Ihsan Nul Hakim, MA
JURUSAN TARBIYAH
PRODI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
(STAIN) CURUP
2014
KATA
PENGANTAR
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Puji syukur senantiasa kita haturkan
kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini. Kemudian sholawat dan salam tercurahkan kepada Nabi Muhamad
SAW, yang telah membawa perubahan besar didalam peradaban umat manusia.
Adapun makalah ini diberi judul “metode pendidikan keteladanan”.
Untuk itu kami berharap para pembaca yang budiman dapat memahami materinya dan
memaklumi jika terdapat kekurangan yang ditemui di dalam makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa
adanya dorongan dan bantuan dari berbagai pihak, maka penulis tidak dapat
menyelesaikan makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada Dosen Pembimbing dan kepada teman-teman dan kesemua
pihak yang telah membantu menyelesaikan penulisan makalah ini.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Curup,
November , 2014
Bab 1
Metode Pendidikan Keteladanan
( QS. AS- SAFF/
61:2-3 )
2. Wahai orang-orang yang beriman,
kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
3. Amat besar kebencian di sisi Allah
bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.[1]
A.
Pengantar
Surah as- saff terdiri dari
14 ayat , termasuk kelompok surah madaniyah.
Dinamai as- Saff (barisan) , karena pada ayat 4 surah ini tedapat kata saffan
yang berar “barisan” . ayat ini
menerangkan apa yang di ridai allah sesudah menerangkan apa yang di murkainya.
Pada ayat 3 di terangkan bahwa allah murka kepada orang yang hanya pandai
berkata saja tetapi tidak melaksanakan apa yang di ucapkannya. [2]
B.
Terjemah
Kata-kata
TERJEMAHAN |
AYAT |
Wahai |
يٰۤاَيُّهَا |
Orang-orang yang |
الَّذِيۡنَ |
Beriman |
اٰمَنُوۡا |
Mengapa |
لِمَ |
Kamu mengatakan |
تَقُوۡلُوۡنَ |
Apa |
مَا |
Tidak |
لَا |
Kamu kerjakan |
تَفۡعَلُوۡنَ |
Besar |
كَبُرَ |
Kebencian |
مَقۡتًا |
Disisi |
عِنۡدَ |
Allah |
للّٰهِ |
Bahwa |
اَنۡ |
Kamu mengatakan |
تَقُوۡلُوۡا |
Apa |
مَا |
Tidak |
لَا |
Kamu mengerjakan |
تَفۡعَلُوۡنَ[3] |
C.
Tafsir
Kosakata Penting
Kata ( كَبُرَ) kabura berarti besar tetapi yang dimaksud adalah amat
keras , karena sesuatu yang besar terdiri dari banyak hal/ komponen. Kata ini
di gunakan disini untuk melukiskan sesuatu yang sangat aneh , yakni mereka
mengaku beriman , mereka sendiri yang meminta agar di jelaskan tentang amalan
yang paing disukai Allah untuk mereka kerjakan lalu setelah di jelaskan olehnya
mereka mengingkari janji dan enggan melaksanakannya. Sungguh hal tersebut
adalah suatu keanehan yang luar biasa besarnya.
Kata (مَقۡتًا) maqtan
adalah kebencian yang sangat keras. Dari sini ayat di atas menggabung dua hal
yang keduanya sangat besar, sehingga apa yang di uraikan disini sungguh sangat
mengundang murka Allah. Ini di tambah
lagi dengan kalimat (عِنۡدَ للّٰهِ )’inda allah / disisi allah yang menunjukan
bahwa kemurkaan itu jatuh langsung dari
allah swt. Karena itu menurut al- Qusyairi – sebagaimana di kutip oleh al-
Biqa’I – “ tidak ada ancaman terhadap satu dosa seperti ancaman yang
dikemukakan ayat ini “[4]
D.
Asbabun
Nuzul ayat
Menurut riwayat dari
Abdullah bin Salam , ia berkata , “ beberapa sahabat Nabi Saw mengajak kami
duduk kemudian kami berkata , ‘ jika kami tahu perbuatan apa yang lebih disukai
allah kami pasti melakukannya,’ maka turunlah ayat 1-4 Surah as- Saff ini.[5]
E.
Munasabah
Ayat
Pada akhir ayat lalu dinyatakan bahwa orang-orang
yang beriman di larang menjadikan orang- orang kafir teman akrab dan penolong
mereka , dan orang- orang kafir itu telah putus asa dari rahmat allah di
akhirat . pada awal surah ayat- ayat berikut allah mencela orang- orang beriman
yang tidak melaksanakan apa yang di ucapkannya , kemudian allah memuji orang-
orang yang berjuang bersatu padu di jalan allah.[6]
F. Tafsir
Ijmali
Dalam pengantar surat ini
telah di kemukakan riwayat tarmidzi tentang turunnya surah ini. Dengan demikian
ayat di atas dapat di nilai sebagai kecaman yang ditunjukan kepada mereka yang
berjanji akan berjihad tetapi ternyata enggan melakukannya. Ke dua ayat pertama
(2-3) mengandung sanksi dari allah swt , serta kecaman terhadap orang beriman
yang mengucapkan apa yang mereka tidak kerjakan. Dalam sisi lain ayat (2-3) ini
berisi tentang ciri kepribadian muslim.[7]
G. Tafsir Ayat
Ayat ini menegaskan bahwa
“ hai
orang- orang yang beriman , mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? “ .
(2) setelah
allah swt menerangkan sifat-sifat
kesempurnaannya ia memperingatkan manusia akan kekurangan – kekurangan yang ada
padanya , yaitu mereka mengatakan suatu perkataan , tetapi mereka tidak
mengerjakannya. Seperti mereka mengatakan :” kami ingin mengerjakan kebajikan- kebajikan
yang di perintahkan Allah “, tetapi jika dating perintah allah mereka tidak
mengerjakannya.
Ada
dua macam kelemahan manusia yang dikemukakan ayat ini , yaitu :
1.
Perkataan
mereka tidak sesuai dengan perbuatan mereka. Kelemahan ini kelihatannya mudah
di perbaiki , tetapi sukar melaksanakannya. Amatlah banyak manusia yang pandai
berbicara , suka menganjurkan suatu perbuatan baik dan memperingatkan agar
orang lain menjauhi larangan- larangan allah, tetapi ia sendiri tidak
melaksanaannya. Diriwayatkan oleh Ibnu Abbas bahwa Abdulah Bin Rahawah berkata : “ para mukmin di masa rasulullah
sebelum jihad di wajibkan , berkata “ seandainya kami mengetahui perbuatan-
perbuatan yang disukai allah tentu kami akan memperbuatnya. Maka rasulullah
menyampaikan bahwa perbuatan yang paling disukai Allah ialah: beriman kepadanya , berjihad menghapuskan
kemaksiatan yang dapat merusak iman , mengakui kebenaran risalah yang
disampaikan nabinya. Setelah datang perintah jihad , sebagian orang- orang yang
beriman merasa berat melakukannya. Maka turunlah ayat ini sebagai celaan akan
sikap mereka yang tidak baik itu. [8]
2.
Tidak
menepati janji yang telah mereka buat. Suka
menepati janji yang telah yang telah ditetapkan merupakan salah satu
ciri dari ciri- ciri orang yang beriman. Jika ciri itu tidak di punyai oleh
seorang yang mengaku beriman kepada Allah dan Rasulnya , berarti ia telah
menjadi orang munafik.
Raulullah saw bersabda :
Yang artinya : “ tanda-
tanda orang munafik itu ada 3 macam, yaitu apabila ia berjanji ia menyalahi
janjinya , apabia ia berkata ia berdusta dan apabila ia di percaya ia khianati
.
Ayat ke 3 menegaskan bahwa : Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan
apa-apa yang tidak kamu kerjakan.
Allah swt memperingatkan bahwa
sangat besar dosanya mengatakan atau menyanggupi sesuatu , tetapi ia sendiri
tidak melaksanakannya , baik dalam pandangan Allah maupun dalam pandangan
masyarakat.
Menepati janji merupakan perwujudan
iman yang kuat budi pekerti yang agung, sikap yang berprikemanusiaan pada
seseorang, menimbulkan kepercayaan dan penghormatan masyarakat. Sebaliknya
perbuatan meyalahi janji merupakan perwujudan iman yang lemah, perangai yang
jelek dan sikap yang tidak berprikemanusiaan , akan timbul saling mencurigai
dan dendam kesumat di dalam masyarakat. Karena itulah agama islam sangat
mencela orang yang suka berdusta
Agar sifat tercela itu tidak di
punyai oleh orang- orang beriman alangkah baiknya , menepati janji dan berkata
benar itu dijadika tujuan pendidikan yang utama diberikan kepada[9]
[10]anak-
anak di samping beriman kepada allah dan rasulna dan melatih diri mengerjakan
bentuk-bentuk ibadah yang diwajibkan.
a. Tafsir Ibnu Katsir
Ini merupakan pengingkaran Allah terhadap orang yang membuat janji
atau mengatakan sesuatu dan tidak melaksanakannya, Oleh karena itu diantara
ulama salaf ada yang menjadikan ayat ini sebagai dalil bahwa memenuhi janji itu
wajib secara mutlak, baik janji tersebut mengakibatkan hukuman bagi yang
berjanji, ataupun tidak.l Mereka juga beralasan dengan hadits yang tercatat
dalam ash-Shahiihain, dimana Rasulullah SAW telah bersabda, "Tanda-tanda
orang munafik itu tiga, : bila berjanji dia ingkar, bila berkata dia dusta, dan
bila dipercaya dia khianat.
Dalam hadis lain disebutkan,
"Ada empat perkara yang apabila (semuanya) ada pada diri seseorang, maka
ia menjadi munafiq tulen. Dan barang siapa salah satunya ada padanya, maka
(dikatakan) ia memiliki satu ciri dari orang munafiq, hingga dia
meninggalkannya" (HR. Muttaffaq alaih)
Diantara
para ulama ada juga yang berkata, "Ayat in diturunkan berkenaan dengan
peperangan. Seorang laki-laki mengatakan bahwa dirinya telah berperang, padahal
dia tidak melakukannya. Ia mengatakan bahwa dirinya telah menikam musuh,
padahal ia tidak melakukannya. Ia katakan bahwa dirinya telah bersabar tetapi
dia tidak melakukannya."
Kita
lihat, saat ini banyak manusia sering untuk menyuruh yang ma'ruf maupun
meninggalkan yang munkar, namun mereka sendiri tidak melaksanakan apa yang
mereka perintahkan/anjurkan. Misalnya banyak para pemimpin (baik politik,
perusahaan, dll) mengatakan, marilah kita bekerja sama memberantas
korupsi..namun seringkali mereka yang menganjurkan untuk memberantas
korupsi.juga terlibat dalam korupsi.. Ada juga anjuran dilarang untuk mencuri,
namun justru merekalah yang malah mencuri
b. Tafsir Al Qurthubi.
Asbabun nuzul ayat ,
Abdullah bin Salam berkata, "Sekelompok sahabat Rasulullah SAW
mempersilahkan kami mampir, kemudian kami berdiskusi. Kami berkata, 'Seandainya
kami mengetahui amalan apakah yang paling disukai oleh Allah Ta'ala, niscaya
kami akan mengerjakannya. 'Allah Ta'ala kemudian menurunkan ayat
ini...."Telah Bertasbih kepada Allah apa saja yang ada di langit dan......."dst
sampai akhir ayat ke 3.'
Qatadah dan Adh-Dhahak
berkata, "Ayat ini turun pada kaum yang berkata, 'Kami akan berjihad dan
kami akan mati.' Namun mereka tidak melakukan (hal itu)
Ayat ini mewajibkan semua orang yang telah mewajibkan dirinya mengerjakan sebuah amalan ketaatan, bahwa dia harus memenuhi hal itu.[11]
c.
Tafsir Fi Dzilal Al Quran
Ayat kedua menambahkan kepanasan kecaman itu dengan
membayangkan kemurkaanNya dengan kalimah 'al maqt' yang bermaksud
kemarahan yang melampau.
Ayat ketiga seterusnya merujuk kepada kejadian asal yang dimurkai iaitu
perihal menolak jihad di jalan Allah. Ada tiga kesinambungan
yang disebutkan di dalam ayat perang itu. Ia bukan hanya perang, bahkan
hendaklah di jalan Allah.
Ada tiga pemerhatian yang perlu diketengahkan daripada ayat ketiga
yang menyebut mengenai al jihad: Perihal diri manusia yang kadang-kadang
dilanda saat-saat kelemahan. Tiada yang dapat menyelamatkannya selain
pertolongan Allah melalui tazkirah, taujihat dan tarbiyah yang berterusan.
H.
Kaitan
Tafsiran dengan Teori Pendidikan Konvensional Sesuai dengan Judul
PERTAMA :
memacakkan keyakinan di dalam diri setiap Muslim bahawa agama Islam adalah satu
agama dan manhaj Ilahi yang terakhir untuk manusia. Ia pula telah didahului
sebelumnya oleh beberapa bentuk manhaj yang bersesuaian dengan tahap-tahap perkembangan
sejarah dan pengalaman kehidupan manusia yang dapat membina asas yang teguh
untuk agama terakhir ini. Justeru surah ini telah menyebut tentang risalah Nabi
Musa A.S dan kaumnya yang menyakiti dan menyeleweng daripadanya yang menamatkan
kelayakan mereka sebagai pemegang amanah risalah Allah di muka bumi ini.
Ia juga menyebut tentang risalah
Nabi Isa A.S termasuklah kedudukannya sebagai penyambung risalah Nabi Musa di
samping menjadi penyedia tapak dan pembawa khabar gembira kepada kehadiran al
Rasul dan risalah langit yang terakhir. Oleh itu, Baginda Al Masih diutuskan
untuk menyerahkan amanah ini kepada Nabi Muhammad S.A.W. Takdir Allah
menentukan bahawa perjalanan risalahNya sepanjang zaman akhirnya berhenti dan
terbina teguh di tangan Nabi Muhammad yang mulia.
Di atas asas yang pertama ini,
terbina pula asas kedua yang ditekankan oleh surah ini iaitu terbentuknya rasa tanggung
jawab dan taklif yang berat yang perlu dipikul oleh umat Islam [12]yang
menerima amanah agung tersebut daripada umat-umat yang terdahulu. Ia lantas
mendorong mereka untuk memasang niat yang benar dan ikhlas kepada perjuangan
menegakkan amanah ini. Ia tidak ragu-ragu lagi bahkan menempelak sikap nifaq
di dalam perjuangan.
Di pertengahan surah pula, Allah
mendorong seluruh warga iman untuk menyambut seruan kepada satu perniagaan
paling menguntungkan di dunia dan akhirat iaitu berjihad di jalan Allah
dengan seluruh jiwa dan raga.
Surah al Shaff diakhiri dengan
ajakan terhadap warga iman agar menjadi penolong dan pembantu kepada Allah
sebagaimana golongan Hawariyyun yang telah menyatakan kesanggupan mereka di
hadapan Nabi Isa AS sekalipun Baginda ditentang oleh Bani Israel sendiri.
I. Kesimpulan
Nilai pendidikan yang dapat kita ambil dari surat as-
saff ayat 2-3 antara lain :
1.
Ayat ini meganjur kan kita untuk
belajar bertanggung jawab dalam aspek keidupan
2.
Apabila kita mempunyai ilmu, maka
sebaiknya ilmu yang di sampaikan itu memiliki nilai kebenaran dan tidak
mengada- ngada
3.
Dalam menuntut ilmu sebaiknya
mengarah kepada hal- hal yang baik yang patut di contoh oleh orang- orang
disekitar.
4.
Sebagai pelajar sebaiknya menjadi
teladan yang baik.
DARTAR PUSTAKA
Quraish Shihab, Tafsir Al- Mishbah Pesan, Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an, Jakarta:Lentera Hati, 2002.
Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata di Lengkapi Dengan Asbabun Nuzul dan Terjemah, Jakarta:Maghfirah Pustaka,2009.
Al Maragi,Ahmad Mustafa, tafsir – Al maragi, semarang :CV:Toha Putra, 1986, hal 126.
Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier 4, Surabaya:PT. Bina Ilmu, 2005.
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya ,Jakarta: Lentera Abadi, 2010, hal. 109
http://blog.its.ac.id./syafii/2011/06/27/ Tafsir Al Quran Al Karim Tafsir Ash Shaff Ayat 1-14.htm
[1] Al
Maragi,Ahmad Mustafa, tafsir – Al maragi,
semarang :CV:Toha Putra, 1986, hal 126.
[2] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya ,Jakarta: Lentera Abadi, 2010, hal. 107
[3] Ahmad Hatta, Tafsir Qur’an Perkata di Lengkapi Dengan
Asbabun Nuzul dan Terjemah, Jakarta:Maghfirah Pustaka,2009.
[4] Shihab,
M. Quraish , tafsir Al Misbah : pesan,
kesan dan keseresian Alqur’an , Jakarta : Lentera Hati, 2002 hal:190-191
[5] Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya ,Jakarta: Lentera Abadi, 2010, hal. 109
[7] Shihab,
M. Quraish , tafsir Al Misbah : pesan,
kesan dan keseresian Alqur’an , Jakarta : Lentera Hati, 2002 hal:190-191
[8] Departemen Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya
,Jakarta: Lentera Abadi, 2010, hal. 109
[9] Departemen Agama Republik
Indonesia, Al-Qur’an dan Tafsirnya
,Jakarta: Lentera Abadi, 2010, hal. 109
[10] Salim Bahreisy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier 4,
Surabaya:PT. Bina Ilmu, 2005, hal. 605
[11] http://blog.its.ac.id./syafii/2011/06/27/ Tafsir Al Quran Al Karim Tafsir Ash Shaff Ayat 1-14.htm
[12] ibid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar