Sabtu, 01 Agustus 2020

Makalah Membangun Pendidikan Yang Berkarakter Bagi Anak Usia Dini

Posted by rio setiawan on Sabtu, 01 Agustus 2020


MAKALAH

Membangun Pendidikan Yang Berkarakter Bagi Anak Usia Dini 

 

Disusun Oleh :

Sri ...........

116210..

  

Jurusan syariah

Prodi Peradilan agama 1A

SEKOLAH TINGGI ..................................

(...............................................

20..

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Seiring perkembangan teknologi dan informatika yang kian pesat, kita dituntut untuk dapat mengikuti dan turut ambil alih dalam perkembangan tersebut. Agar dapat memilah dan memilih dampak positif dari perkembangan teknologi dan informatika di butuhkan pendidikan yang baik dan karakter individu yang mendudukung.

Dalam mengikuti perkembangan informatika, pendidikan karakter itu sangat penting, guna menunjang individu untuk tidak trjerumus ke hal yang dapat merugikan diri sendiri. Pendidikan karakter di mulai dari anak-anak usia dini agar lebih mudah untuk mengerti dan tanggap terhadap pendidikan karakter.

Atas dasar inilah penulis mengambil tema yang berjudul “membangun pendidikan yang berkarakter bagi anak usia dini”.

B.     Rumusan Masalah

Dari latarbelakang yang telah di paparkan di atas, maka penulis mengambil rumusan masalah sebagai berikut:

a.       Mengatahui apa itu pendidikan berkarakter

b.      Mengetahui cara membangun pendidikan berkarakter bagi anak usia dini

c.       Mengetahui peran guru dalam pendidikan berkarakter bagi anak usia dini

d.      Mengetahui peran orang tua dalam pendidikan karakter anak

C.    Tujuan

a.       Untuk mengetahui pengertian pendidikan berkarakter?

b.      Untuk mengetahui cara membangun pendidikan berkarakter bagi anak usia dini?

c.       Untuk mengetahui peran guru dalam pendidikan berkarakter bagi anak usia dini?

d.      Untuk mengetahui peran orang tua dalam pendidikan karakter anak?


 

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian

Membangun karakter anak sejak dini, sangat penting bagi orang tua dan guru, harapannya agar anak sejak dini memiliki karakter yang baik. Membangun karekter anak dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal, non formal maupun informal.

Semakin meningkatnya perhatian orang tua dan pemerintah terhadap pendidikan anak usia dini, disatu sisi merupakan hal yang sangat menggembirakan. Akan tetapi, disisi lain, seringkali orangtua dan pendidik juga masih memiliki pandangan yang kurang tepat dan sempit tentang proses pelaksanaan pembentukan pribadi pada anak usia dini, yakni terbatas pada kegiatan akademik saja seperti membaca, menulis, menghitung, dan mengasah kreativitas.

Pada dasarnya setiap orang tua mendambakan anak-anak yang cerdas dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya, sehingga mereka kelak akan menjadi anak-anak yang unggul dan tangguh menghadapi berbagai tantangan dimasa depan. Namun perlu disadari bahwa generasi unggul semacam demikian ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya. Mereka sungguh memerlukan lingkungan subur yang sengaja diciptakan untuk itu, yang memungkinkan potensi anak-anak itu dapat tumbuh optimal sehingga menjadi lebih sehat, cerdas dan berperilaku baik. Dalam hal ini orang tua mempunyai peran yang amat penting.

Suasana penuh kasih sayang mau menerima anak sebagaimana adanya, menghargai potensi anak, memberi rangsang-rangsang yang kaya untuk segala aspek perkembangan anak, baik secara kognitif, afektif, sosioemosional, moral, agama, dan psikomotorik, semua sungguh merupakan jawaban nyata bagi tumbuhnya generasi yang berkarakter dimasa yang akan datang.

Pada era globalisasi tidak jarang kehadiran seorang anak justru menimbulkan berbagai masalah dalam suatu keluarga. Berbagai media massa, baik media cetak maupun elektronik menginformasikan kasus-kasus tindak kriminal yang dilakukan oleh anak-anak seperti narkoba, penyimpangan seksual bahkan pembunuhan.

Tindakan-tindakan amoral yang dilakukan oleh anak-anak tersebut pada dasarnya akibat dari kurangnya perhatian orang tua terhadap perkembangan anak dalam setiap jenjang usianya. Orang tua yang terlalu sibuk cenderung membuat anak bebas bertindak mengekspresikan kehendaknya dan rasa ingin tahunya.

Suatu keprihatinan yang dirasakan para orang tua adalah bagaimana menanamkan kepada anak-anaknya dengan nilai-nilai, cita-cita dan motivasi yang akan menolong mereka bukan hanya mengetahui mana yang benar dan mana yang salah, tetapi juga membuat keputusan-keputusan yang benar dan bertanggung jawab.

Karakter yang berkualitas adalah sebuah respon yang sudah teruji berkali-kali dan telah berbuah kemenangan. Seseorang yang berkali-kali melewati kesulitan dengan kemenangan akan memiliki kualitas yang baik. Karakter berbeda dengan kepribadian dan temperamen. Kepribadian adalah respon atau biasa disebut etika yang ditunjukkan ketika berada di tengah-tengah orang banyak, seperti cara berpakaian, berjabat tangan, dan berjalan. Temperamen adalah sifat dasar anak yang dipengaruhi oleh kode genetika orang tua, kakek nenek, dan kakek buyut dan nenek buyut. Sedangkan karakter adalah respon ketika sedang 'diatas' atau ditinggikan. Apakah anak putus asa, sombong, atau lupa diri. Bentuk respon itulah yang disebut karakter .

Karakter terbentuk dengan dipengaruhi oleh paling sedikit 5 faktor, yaitu: temperamen dasar (dominan, intim, stabil, cermat), keyakinan (apa yang dipercayai, paradigma), pendidikan (apa yang diketahui, wawasan kita), motivasi hidup (apa yang kita rasakan, semangat hidup) dan perjalanan (apa yang telah dialami, masa lalu kita, pola asuh dan lingkungan).

Karakter yang dapat membawa keberhasilan yaitu empati (mengasihi sesama seperti diri sendiri), tahan uji (tetap tabah dan ambil hikmah kehidupan, bersyukur dalam keadaan apapun, dan beriman (percaya bahwa Tuhan). Ketiga karakter tersebut akan mengarahkan seseorang ke jalan keberhasilan. Empati akan menghasilkan hubungan yang baik, tahan uji akan melahirkan ketekunan dan kualitas, beriman akan membuat segala sesuatu menjadi mungkin. (Megawangi, 2003:19).

 

B.     Cara Membangun Karakter Anak Usia Dini

Membangun karakter terhadap anak hendaknya menjadikan seorang anak terbiasa untuk berperilaku baik, sehingga ia menjadi terbiasa dan akan merasa bersalah kalau tidak melakukannya. Sebagai contoh, seorang anak yang terbiasa makan tiga kali sehari, akan merasa tidak enak bila makan hanya dua kali sehari. Dengan demikian, kebiasaan baik yang sudah menjadi instink, otomatis akan membuat seorang anak merasa kurang nyaman bila tidak melakukan kebiasaan baik tersebut.

Pendidikan karakter bagi anak adalah solusi yang mujarab yang dapat diharapkan akan mengubah prilaku negatif ke positif. Pertama kurangi jumlah mata pelajaran berbasis kognitif dalam kurikulum-kurikulum pendidikan anak usia dini. Pendidikan intelektual (kognitif) yang berlebihan akan memicu pada ketidak seimbangan aspek-asepk perkembangannya.

Kedua, setelah dikurangi beberapa pelajaran kognitif, tambahkan materi pendidikan karakter. Materi pendidikan karakter tidak identik dengan mengasahkan kemampuan kognitif, tetapi pendidikan ini adalah mengarahkan pengasahan kemampuan affektif. Metode pembelajaran karakter ini dilakukan dengan cerita-cerita keteladan seperti kisah-kisah keteladan Nabi-nabi, sahabat-sahabat nabi, pahlawan-pahlawan Islam, dunia, nasional ataupun lokal. Cara lain yang dianggap baik dilakukan adalah dengan contextual learning, yaitu dalam setiap pembelajaran anak-anak diberikan contoh kegiatan yang baik dengan langsung diperlihatkan dalam tindakan-tindakan seluruh pendidik dalam suatu lembaga pendidikan.

Membangun karakter, merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Anak-anak, akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter jika ia tumbuh pada lingkungan yang berkarakter pula. Dengan begitu, fitrah setiap anak yang dilahirkan suci bisa berkembang optimal. Oleh karenanya ada tiga pihak yang mempunyai peran penting yaitu, keluarga, sekolah, dan komunitas. (Megawangi, 2003:23).

Pembentukan karakter ada tiga hal yang berlangsung secara terintegrasi. Pertama, anak mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan apa yang harus diambil, mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik. Kedua, mempunyai kecintaan terhadap kebajikan, dan membenci perbuatan buruk. Kecintaan ini merupakan obor atau semangat untuk berbuat kebajikan. Misalnya, anak tak mau mencuri, karena tahu mencuri itu buruk, ia tidak mau melakukannya karena mencintai kebajikan.

Ketiga, anak mampu melakukan kebajikan, dan terbiasa melakukannya. Lewat proses sembilan pilar karakter yang penting ditanamkan pada anak. Ia memulainya dari cinta Tuhan dan alam semesta beserta isinya; tanggung jawab, kedisiplinan, dan kemandirian; kejujuran; hormat dan santun; kasih sayang, kepedulian, dan kerja sama; percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah; keadilan dan kepemimpinan; baik dan rendah hati; toleransi, cinta damai, dan persatuan.

Tujuan mengembangkan karakter adalah mendorong lahirnya anak-anak yang baik. Begitu tumbuh dalam karakter yang baik, anak-anak akan tumbuh dengan kapasitas dan komitmenya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukannya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup. Membangun karakter yang efektif, ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua anak menunjukan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting (Baittstich, 2008:45)

 

C.     Peran Guru Dalam Membangun Karakter Anak Usia Dini

Pengembangan karakter anak banyak dipengaruhi oleh lingkungan terutama dari orangtua. Anak belajar untuk mengenal nilai-nilai dan perilaku sesuai dengan nilai-nilai yang ada dilingkungannya tersebut. Dalam pengembangan karakter anak, peranan orangtua dan guru sangatlah penting, terutama pada waktu anak usia dini.

Berbagai bentuk kejahatan dan tindakan tidak bermoral dikalangan anak menunjukan bahwa anak didik kita belum memiliki karakter yang baik. Hal ini perlunya pengembangan karakter yang sesuai dengan anak, yang tidak sekedar pengetahuan, dan doktrinasi, tetapi lebih menjangkau dalam wilayah emosi anak.

Upaya yang dilakukan oleh guru dan orangtua dalam membangun karakter anak usia dini:

a.       Memperlakukan anak sesuai dengan karakteristik anak.

b.      Memenuhi kebutuhan dasar anak antara lain kebutuhan kasih sayang, pemberian makanan yang bergizi.

c.       Pola pendidikan guru dengan orangtua yang dilaksanakan baik dirumah dan di sekolah saling berkaitan.

d.      Berikan dukungan dan penghargaan ketika anak menampilkan tingkah laku yang terpuji.

e.       Berikan fasilitas lingkungan yang sesuai dengan usia perkembangannya.

f.       Bersikap tegas, konsisten dan bertanggung jawab


D.    Peran Orang Tua Dalam Pendidikan Karakter Anak

Orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan karakter anak. Sedangkan pendidik hanya berperan sebagai wakil orang tua di sekolah. Peran orang tualah yang utama karena ikatan emosional antara ayah dan ibu merupakan sebuah pengalaman yang tidak tergantikan yang menjadi modal dasar pertumbuhan emosi dan kedewasaan anak. Oleh karena itu, orang tua hendaknya tidak hanya memberikan pendidikan untuk kecerdasan intelektualnya saja, akan tetapi membekalinya dengan pendidikan moral yang baik agar terbentuk karakter yang kuat.

Untuk menerapkan pendidikan karakter orangtua tidak cukup memberikan pengetahuan tentang nilai-nilai kebaikan saja, namun harus terus membimbing anak sampai pada tahap implementasi dalam kehidupan anak sehari-hari. Sehingga, anak tidak hanya mengetahui nilai-nilai moral saja, tetapi juga mampu menerapkan nilai-nilai moral tersebut dalam perbuatannya secara konsisten.

Sebagaimana dikemukakan oleh DR. Ratna Megawangi bahwa dalam pembentukan karakter anak, orang tua harus menekankan pentingnya tiga komponen karakter yang baik (components of good character) yaitu moral knowing atau pengetahuan tentang moral, moral feeling atau perasaan tentang mental, dan moral action atau perbuatan moral.

a.       Moral Knowing (Pengetahuan Tentang Moral)

Dalam hal ini, sebaiknya orang tua tidak hanya mengajarkan hal-hal yang baik, tetapi memberikan penjelasan mengapa anak harus melakukan hal yang baik tersebut. Misalnya, orang tua melarang anak memukul teman. Mengapa? Orang tua harus menjelaskan bahwa memukul dapat menyebabkan teman yang dipukul sakit. Menyakiti teman merupakan tindakan yang tidak baik. Bagaimana jika yang dipukul adalah si anak sendiri? Pasti si anak juga akan merasa sakit dan tidak enak.

b.      Moral Feeling (Perasaan Tentang Mental)

Moral feeling maksudnya membangkitkan perasaan cinta untuk melakukan hal yang baik dan menjadi orang yang berkarakter kuat. Ada enam aspek emosi yang harus dimiliki setiap anak untuk menjadi generasi yang berkarakter, yaitu memiliki hati nurani, rasa percaya diri, empati, mencintai kebenaran, mampu mengontrol diri, dan rendah hati. Untuk membentuk moral feeling seperti itu, orang tua harus dapat membangkitkan kesadaran anak akan pentingnya nilai-nilai moral. Misalnya, dalam mengajarkan kejujuran, orang tua harus dapat menumbuhkan rasa bersalah apabila si anak berbohong. Moral feeling ini merupakan kontrol internal yang paling efektif, di samping kontrol eksternal berupa pengawasan orang tua terhadap perbuatan anak.

c.       Moral action (Perbuatan Moral)

Moral action berarti mewujudkan pengetahuan moral menjadi tindakan nyata. Orang tua yang mengajarkan perbuatan suka menolong harus diikuti dengan contoh berupa tindakan nyata. Misalnya, jika melihat teman jatuh, anak diajarkan untuk menolongnya. Memapah teman ke pinggir jalan dan mengobati lukanya. Hal ini dapat dilakukan secara berulang-ulang dalam kondisi yang berbeda.

Ketiga komponen di atas harus dilakukan secara bersinergi dan berkelanjutan. Hal ini diperlukan agar anak mampu memahami, merasakan, sekaligus mengerjakan nilai-nilai kebajikan. Jika pondasi moral ini dapat diterapkan di masa kanak-kanak pertama (masa keemasan anak), dapat dipastikan bahwa anak akan menjadi generasi yang berkarakter di kemudian hari.


 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Dari penjabaran di atas penulis menyimpulkan begitu amat pentingnya pendidikan karakter terutama bagi anak usia dini. Agar dapat menjalani dan menghadapi tantangan hidup yang kian pesat dan juga dapat mengontrol diri untuk selalu berada pada jalan yang benar dan di ridhoi oleh Allah SWT.

Dengan semua pihak yang saling berperan dalam mengembangkan pendidikan karakter anak usia dini.

 

B.     Saran

Dalam penulisan ini penulis sadar masih jauh dalam kesempurnaan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar dalam penulisan selanjutnya menjadi lebih baik.

Semoga tulisan ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi pembaca.


 

DAFTAR PUSTAKA

Santi, dasar.2008. Pendidikan Anak Usia Dini. Indeks.jakarta

Megawangi,Ratna.2009. Pendidikan Karakter, Solusi Tepat untuk Membangun Bangsa. Indonesia Heritage Foundation


 

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “membangun pendidikan yang berkarakter bagi anak usia dini”. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang membangun pendidikan yang berkarakter bagi anak usia dini.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan Makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

 

 

Curup, 16 Desember 2011

 

Penyusun


 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR ISI

Halaman Depan.........................................................................................................

Kata Pengantar..........................................................................................................

Daftar Isi....................................................................................................................

BAB I Pendahuluan..................................................................................................

A.    Latar belakang...........................................................................................................

B.     Rumusan masalah.....................................................................................................

C.     Tujuan.......................................................................................................................

BAB II Pembahasan..................................................................................................

BAB III Penutup.......................................................................................................

A.    Kesimpulan...............................................................................................................

B.     Saran.........................................................................................................................

Daftar Pustaka...........................................................................................................            



SILAHKAN DOWNLOAD FILE MS WORD NYA DIBAWAH INI





PERHATIAN!! Mohon Untuk Tidak Memposting Ulang isi dari Blog ini ke blog / web lain tampa Se izin dari Admin"BLOG INI DILINDUNGI HAK CIPTA DMCA".

Previous
« Prev Post

Tidak ada komentar:

Posting Komentar